Setelah mundur dari Partai Demokrat akhirnya Ruhut Sitompul menunjukkan identitas politiknya. Dia memilih bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Kepastian perpindahan pria yang dikenal dengan sapaan Poltak itu ke PDIP ketika dia menghadiri Kongres V PDIP di Bali, Kamis (8/8).
“Saya berterima kasih kepada Ibu Megawati. Saya diterima di PDIP. Saya di mana saja pasti loyalis,” ujar Ruhut di lokasi Kongres PDIP.
Ruhut mengungkap dirinya bergabung menjadi kader PDIP. Dia mengklaim ditawari bergabung dengan partai berlambang kepala banteng itu sejak mendukung Jokowi di Pilkada DKI Jakarta 2012 hingga Pilpres 2014. ”Sewaktu Pilkada saya sudah dukung Bapak Jokowi dari 2014. Udah lama kok,” katanya.
Ruhut menegaskan tidak mempermasalahkan apabila dia disebut politikus kutu loncat. Ketidakpeduliannya itu karena dari rekam jejaknya bergabung dengan partai politik (parpol). Mulai dari Golkar, Demokrat, hingga PDIP.
Bagi Ruhut, berpindah partai itu selalu menang. Di mana partai menang di sana ada dirinya. Dia mengklaim dirinya membawa keberuntungan untuk setiap partai yang diikuti. Seperti Golkar pascareformasi menjadi partai pemenang pemilu. Begitu juga dengan Partai Demokrat yang menjadi penguasa dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014.
Setelah Demokrat tidak lagi jadi penguasa, lantas si Poltak meninggalkan partai yang dikomandoi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Buktinya pada 2014 dia mengklaim mendukung Jokowi. Waktu itu persis PDIP menjadi pemenang Pemilu 2014.
“Saya ninggalin Golkar, Golkar menang, saya di Partai Demokrat, Demokrat menang, saya masuk PDIP yang sudah menang semakin mantap dong,” ujarnya mengakhiri.
Di tempat lain, Pengamat politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Andriadi Achmad saat diminta pendapatnya mengaku tidak heran dengan sikap Ruhut Sitompul. Menurut dia, di mana ada penguasa, di sana ada si Poltak.
“Memang di politik tidak yang salah. Yang ada hanya etika politiknya Ruhut seperti itu. Yang penting berada di barisan penguasa,” ujar direktur Nusantara Institute PolCom SRC itu mengakhiri.