Minat baca dan literasi masyarakat Indonesia mulai beranjak naik. Namun, hal ini terhalang oleh kesiapan perpustakaan dalam mengoleksi buku-buku di dalamnya. Hal ini pun menjadi pekerjaan rumah bersama antara Pemerintah dengan Parlemen agar masyarakat diberi kemudahan mengakses perpustakaan. Minimnya koleksi buku dan sarana prasarana juga terjadi Perpustakaan Daerah Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Anggota Komisi X DPR RI Andi Muawiyah Ramly menilai pengelolaan buku di Perpusda Balikpapan belum sepenuhnya diperhatikan, sehingga minat baca yang baik dari masyarakat kurang terpenuhi. “Perpustakaan ini cukup representatif, baik itu gedung maupun fasilitas yang ada. Namun yang perlu dilengkapi, seperti koleksi buku-buku, dan buku mengenai pendidikan yang belum ada di perpustakaan ini,” kata Andi di sela-sela mengikuti peninjauan Perpusda Balikpapan bersama Tim Kunker Komisi X DPR RI, Jumat (28/2/2020).
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyayangkan minimnya koleksi buku di Perpusda Balikpapan ini. Naif, kehadiran koleksi buku yang tidak langkap, membuat anak muda yang datang tidak bisa mendapatkan pengetahuan lebih. “Buku adalah sumber pengetahuan, dan pengetahuan adalah kunci. Tidak ada sesuatu yang ingin tercapai kalau kita anti buku. Kita harus aktif membaca dan membaca,” pungkas Andi.
Menurutnya, minat membaca masyarakat Balikpapan sudah baik, namun tidak diikuti dengan pengelolaan Perpusda yang baik. Hal ini menjadi pekerjaan baru bagi jajaran Perpustakaan Nasional untuk dapat mengikuti kebutuhan masyarakat. “Dari paparan yang didengar, masyarakat selalu mendorong untuk memberikan forward, supaya minat membaca bisa terus meningkat. Rata-rata pengunjung di sini asalah milenial. Minat membaca cukup antusias, dimana satu orang pengunjung bisa memegang 3-4 buku,” analisanya.
Untuk itu, Andi terus memberikan dorongan kepada masyarakat, Pemerintah, Pemda dan pengelola perpustakaan untuk mempertahankan minat baca. “Harapan besar saya untuk Perpusda Balikpapan untuk bisa menjadi oase masa depan dengan peningkatan nalar dan budi yang baik. Pengelola Perpusda seharusnya bisa menjalin hubungan dengan duta-duta besar yang ada di Jakarta, serta jalinan dengan Perpusnas. Dikarenakan sekarang sudah eranya elektronik, jadi bisa request apa yang diinginkan. Di luar itu, divisi pengelola buku-buku baru dan divisi penterjemah perlu dikembangkan,” pesan legislator dapil Sulsel II itu.