Konsumsi daging ayam perlu ditingkatkan sebagai alternatif dari konsumsi daging sapi dan kerbau. Saat ini peternak ayam sedang kritis di tengah wabah virus korona. Potensi daging ayam perlu dikembangkan untuk menyelamatkan para peternak ayam.
Anggota Komisi IV DPR RI Hamid Noor Yasin dalam keterangan persnya, Minggu (26/4/2020), telah menyerukan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) juga Bulog untuk mengembangkan potensi daging ayam tersebut sebagai alternatif pengganti sementara pemenuhan kekurangan daging sapi atau kerbau. Sebelumnya, kata Hamid, pemerintah juga sedang mengembangkan stok alternatif di masa wabah Covid-19 ini berupa sagu, jagung, atau singkong.
“Saat ini peternak ayam dalam kondisi sangat kritis pada kelangsungan proses usahanya. Keadaan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak 2018 atau sekitar dua tahun di mana harga ayam hidup (livebird) terus anjlok. Bahkan, harganya berada di level Rp 5.000-Rp10.000/kg. Ini jelas sudah tidak masuk akal pada proses dunia usaha yang modalnya berupa pakan dan segala perawatan dibanding hasil panennya,” jelas Hamid.
Politisi Fraksi PKS ini membandingkan, pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020, harga ayam di tingkat peternak seharusnya berada di level Rp19.000-21.000/kg. Dengan harga di tingkat perternak yang rata-rata sampai Rp 7.000, telah memicu para peternak melepaskan ayam-ayamnya agar mencari makan sendiri karena para peternak sudah tidak sanggup memberi makan hewan ternaknya.
Menyelamatkan para peternak ayam berarti memenuhi kebutuhan daging masyarakat untuk menambal kekurangan stok daging sapi atau kerbau. Menutup celah impor daging sapi dan kerbau menjadi kebijakan penting, sehingga masyarakat dapat mulai teredukasi bahwa ketika tidak ada daging sapi, masih ada daging ayam yang harganya wajar.
"Urgen bagi pemerintah untuk menyelamatkan peternak ayam. Solusi jangka pendek adalah jangan ada impor daging dari luar, dan bantu para peternak untuk dapat pakan yang masuk akal. Mereka menyerah bukan hanya ayamnya tidak terserap, tapi terlalu murah dibandingkan dengan biaya produksi berupa harga pakan yang tinggi," ungkap legislator dapil Jateng IV ini.
Hamid melanjutkan, pemerintah yang telah bekerja sama dengan 15 perusahaan yang bersedia menyerap ayam peternak, masing-masing 4 juta ekor ayam, masih belum merata memenuhi semua kebutuhan para peternak terutama di daerah-daerah. Saat ini sudah banyak kebangkrutan usaha peternak ayam pada skala UMKM yang merupakan gambaran adanya PHK para pekerjadi peternakan ayam.
“Saya berharap refocusing anggaran kementerian bekerja sama pemda-pemda mampu membuat terobosan penyelamatan para peternak ayam ini. Kementerian Pertanian perlu berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk membertimbangkan pembatasan importasi daging yang akan membantu meningkatkan permintaan daging ayam sebagai pemenuhan kekurangan daging sapi atau kerbau sebagai alternatif,” tutup Hamid.