Anggota DPR RI dari fraksi partai Gerindra Abdul Wachid meminta agar Indonesia tidak perlu khawatir dengan langkah-langkah negara lain yang membatasi ekspor pangannya. Seperti Thailand dan Vietnam misalnya yang berencana membatasi ekspor berasnya.
Demikian disampaikan Wachid saat menanggapi isu ketersediaan pangan dimasa pandemi Covid-19. "Indonesia sebagai negara agraris seharusnya tidak perlu panik terhadap sikap negara lain yang akan melarang ekspor pangan, justru kondisi seperti ini Negara kita diuntungkan (momentum)," tandas Anggota DPR Komisi VIII itu dalam keterangan tertulis, Rabu (17/06/2020).
Makanya, kata dia, kebiasaan import selama ini sebaiknya dikurangi bahkan dihentikan saja agar tidak timbul kepanikan kala menghadapi kondisi yang tak terduga seperti sekarang ini.
"Kalau Pemerintah mempunyai sikap yang jelas terhadap swasembada pangan harusnya ada political will dan politik anggaran yang jelas kepada sektor pertanian. Dua hal itu mutlak mesti dilakukan pemerintah sebagai wujud keberpihakan kepada para petani," tegas Ketua DPD partai Gerindra Jawa Tengah itu.
Namun sayangnya, kata dia, dari rezim ke rezim nasib para petani tidak mengalami perubahan, yang ada mereka hanya jadi objek janji-janji politik belaka. "Justru pasca reformasi sampai sekarang, ngomong pertanian hanya retorika saja," tandasnya.
Wachid juga mempertanyakan realisasi janji kampanye politik kala pilpres beberapa waktu lalu yang menggembar-gemborkan keberpihakan terhadap para petani. Baik itu keberpihakan berupa infrastruktur maupun dukungan permodalan dan lainnya.
"Mana program 1000 embung?
Hampir semua saluran irigasi rusak tidak diurus. Sebagian tanah pertanian sudah jadi perumahan, pabrik dan jalan tol, kredit pertanian susah diakses petani, pupuk saat dibutuhkan selalu hilang, begitu petani panen raya impor membanjiri di pasar. Semua itu lagu lama yang tidak ada perhatian dari pemerintah," sindirnya.
Wachid mengaku pesimis keinginan soal swasembada pangan bisa tercapai jika melihat kenyataannya bahwa kondisi para petani yang saat ini masih didera berbagai macam kesulitan. "Kalau seperti ini sampai kapan kita akan terwujud swasembada pangan," tegasnya.
Tak dapat dipungkiri, kata dia, bicara sektor pangan dan pertanian pasti hanya akan dijadikan objek kepentingan politik saja demi kepentingan elektoral utamanya. "Kayaknya hal ini dari tahun ke tahun hanya dijadikan semacam janji-janji politik para calon presiden," tukasnya.
Sebenarnya, kata dia, kalau penguasa ingin menyelamatkan bangsa ini dari kelaparan gampang saja. "Kita mempunyai kesuburan tanah yang luar biasa, kita mempunyai sumber energi yang sangat melimpah, kita mempunyai dua musim (musim hujan dan musim kemarau) sebagai sarana untuk menuju ketersedian pangan. Tinggal tatakelolanya dibenahi dan keberpihakan kepada para petani direalisasikan dengan konkret bukan omong kosong belaka. Petani sudah cape dengan janji-janji manis," pungkasnya.