Di masa pandemi covid-19 ini, perpustakaan telah bertransformasi menjadi berbasis inklusi sosial agar masyarakat dapat memperoleh akses pengetahuan, baik secara onsite maupun secara online melalui layanan internet.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Deni Kurniadi mengatakan perpustakaan menjadi tempat menumbuhkan kecakapan dan keterampilan kerja agar bisa memenuhi kebutuhan terhadap pengetahuan maupun kesejahteraan masyarakat.
“Perpustakaan bisa digunakan sebagai tempat kelas pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat (pelajar, mahasiswa, para pekerja dan lainnya), sehingga mengembangkan keterampilan berbasis potensi lokal agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya,” kata Deni dalam pernyataan tertulis, Jumat (6/11).
Menurutnya, masyarakat bisa memanfaatkan perpustakaan untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha, termasuk menciptakan peluang kerja sehingga bisa meningkatkan pendapatan keluarga. Melalui pengembangan layanan literasi berbasis inklusi sosial, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan literasi masyarakat agar kualitas hidup menjadi lebih baik.
“Jadi literasi memiliki kontribusi yang positif dalam rangka membantu menumbuhkan kreativitas, inovasi meningkatkan ketrampilan dan kecakapan sosial yang sangat dibutuhkan pada era revolusi industri 4.0 saat ini,” jelasnya.
Transformasi
Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial menjadi wadah menemukan solusi dari permasalahan kehidupan dan memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Masyarakat yang terus meningkatkan ilmu pengetahuan, nantinya berimplikasi kepada kesejahteraan.
Sejak 2018 Perpusnas telah berupaya membangun literasi masyarakat, baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, hingga desa di 59 kabupaten dan 21 provinsi. Deni menambahkan, masyarakat yang berkegiatan di perpustakaan, mendapatkan pelatihan dan bimbingan di antaranya kewirausahaan, termasuk di dalamnya meningkatkan peluang kerja, pendapatan melalui berbagai pelatihan dan sharing pengetahuan sehingga tercipta keluarga dan masyarakat yang sejahtera.
“Mari kita jadikan perpustakaan sebagai tempat untuk memacu kreativitas dan inovasi guna mengkapitalisasi budaya lokal. Mengembangkan ketrampilan berbasis potensi lokal agar mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Syaiful Huda mengatakan, diperlukan keterlibatan banyak pihak, terutama gerakan literasi yang bukan hanya diinisiasi oleh Perpusnas. Gerakan literasi harus menjadi arus utama dan menjadi kepedulian semua pihak. Pada ranah pemerintah, Perpusnas didorong untuk melakukan inisiatif, yang mana gerakan literasi menjadi kebutuhan penting untuk kemajuan indonesia pada masa depan.
Syaiful Huda menyadari bahwa masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah akses bahan bacaan yang terbatas.
"Ini yang harus kita dorong, bagaimana anak-anak bisa memegang buku. Ini kita dorong secepatnya, supaya akses literasi bisa sampai ke daerah. Bagaimana sarana dan prasarana bisa diakses oleh anak didik,” tandasnya.