Anggota Komisi III DPR RI Cucun Ahmad Sjamsurijal menegaskan agar kasus pembunuhan sekeluarga yang diduga dilakukan kelompok Ali Kalora di Sigi, Sulawesi Tengah tidak dikaitkan dengan sentimen agama. Dia pun berharap kepada Pemerintah agar bekerjasama dengan para pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, pemuka agama, pemangku adat, para awak media, supaya mengkampayekan sikap moderasi dalam beragama.
Para pemeluk agama diharap bisa memiliki sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal, memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku kekerasan. Menurut Cucun, kasus pembunuhan sekeluarga tersebut menjadi bukti jika bibit terorisme atas nama agama masih ada. Fakta ini harus disikapi secara serius oleh setiap pemangku kepentingan untuk tidak membiarkan bibit terorisme berkembang dengan terus memoderasi cara beragama.
"Kami mengutuk aksi kejam Ali Kalora cs di Sigi. Kami meminta semua kalangan tidak lengah karena kelompok radikalis dan teroris masih ada di sekitar kita. Kami juga mendesak agar pemerintah terus berkampanye pentingnya moderasi cara beragama dari tingkatan paling kecil yakni keluarga," ujar Cucun dalam rilisnya kepada Parlementaria, Senin (30/11/2020).
Ketua Fraksi PKB DPR RI ini juga mengungkapkan tindakan Ali Kalora cs dengan membunuh empat orang yang masih satu keluarga jelas tidak dibenarkan, apalagi jika alasan pembunuhan tersebut atas nama perbedaan agama. Menurutnya, tindakan Ali Kalora jelas aksi terorisme yang bertujuan memunculkan ketakutan di kalangan masyarakat.
"Jelas tindakan Ali Kalora cs bertentangan dengan ajaran agama Islam, maka perilaku itu jelas tidak pernah dibenarkan di hadapan hukum positif maupun hukum Islam itu sendiri," tegas Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI itu.
Dia pun memberikan apresiasi terhadap langkah TNI dan Polri yang bergerak cepat menyikapi kasus ini. Berdasarkan informasi yang diterima, saat ini Polri terus menambah jumlah posko pengamanan di sekitar wilayah pembantaian empat warga di Sigi. Selain itu Panglima TNI juga telah membentuk pasukan khusus untuk membantu Polri guna menangkap gerombolan Ali Kalora.
"Memang harus diakui medan di sana berat. Gerombolan ini memanfaatkan lebatnya hutan dan sulitnya medan pegunungan untuk bersembunyi. Mereka juga disiplin untuk tidak menggunakan alat komunikasi sehingga menyulitkan pelacakan. Tapi kami yakin TNI/Polri punya kemampuan memadai untuk mengejar dan membasmi kelompok ini,” tegas Cucun.
Dia mengatakan dengan peristiwa ini menjadi pengingat jika bibit terorisme masih ada di Indonesia. Pemerintah harus terus maju dalam upaya penanggulangan bibit terorisme tersebut. Menurutnya pemerintah harus bisa bergandeng tangan dengan pemuka agama, ormas, hingga lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama untuk mengkampanyekan bahaya radikalisme.
"Radikalisme dan terorisme selalu berawal dari cara pandang intoleran yang biasanya muncul dari cara beragama yang sempit dan jumud. Oleh karena itu perlu terus dilakukan kampanye perlunya moderasi cara beragama di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang memang secara sunnatullah beragam," papar Cucun.
Anggota Dewan dari dapil Jawa Barat II ini menilai keluarga mempunyai peran penting dalam menanamkan cara-cara beragama yang moderat. Menurutnya pemerintah harus mengandeng keluarga sebagai unit terkecil masyarakat untuk bersama-sama mengkampanyekan cara beragama yang moderat bagi anak-anak dan remaja di Indonesia.
"Para radikalis selalu menyasar anak-anak muda untuk diracuni pemikirannya dengan bibit-bibit radikalisme, maka keluarga harus menjadi benteng pertama agar anak muda di Indonesia waspada terhadap bahaya pemikiran radikal utamanya yang mengatasnamakan agama," ucap Cucun.