DKI Jakarta berhasil keluar dari daftar 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index. Namun, DKI dinilai masih memiliki banyak pekerjaan yang perlu digencarkan.
"Ya tentu apapun itu pencapaian DKI Jakarta kita turut senang dan apresiasi. Tapi perlu dicatat, ini Jakarta bukan masuk 10 besar kota ter gak macet ya. Tapi keluar dari 10 besar kota termacet, menurut saya masih banyak kerja-kerja di lapangan yang perlu digencarkan Pemprov DKI," kata Penasihat Fraksi PAN DPRD DKI Jakarta Zita Anjani, saat dihubungi, Minggu (17/1/2021).
Zita mengatakan, pekerjaan yang perlu digencarkan diantaranya terkait moda transportasi. Menurutnya, pembangunan antar moda trasnportasi perlu dilakukan agar lebih terintegrasi. "Seperti pembangunan moda-moda transportasi seperti LRT, MRT, Transjakarta yang lebih terintegrasi dan terkoneksi," ujar Zita.
Selain itu, permasalahan penggalian jalan juga dinilai perlu menjadi sorotan. Pasalnya menurut Zita kemaceta juga kerap terjadi karena adanya penggalian di jalan.
"Juga penggalian-penggalian jalan karena permasalahan drainase juga perlu dikurangi, banyak jalan macet karena penggalian- penggalian," kata Zita. "Perbaikan drainase yang semestinya bisa diminimalisir dengan perencanaan yang lebih matang," sambungnya.
Diketahui, DKI Jakarta keluar dari daftar 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index. Kini, Ibu Kota Indonesia masuk urutan ke-31 dari 416 kota yang diukur berdasarkan lembaga survei ini.
Hal itu diumumkan Pemprov DKI Jakarta di akun Instagram-nya. Pemprov DKI merujuk data dari situs TomTom Traffic Index. "Terima kasih kepada seluruh masyarakat Jakarta. Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke-31 dari 416 kota lain yang berarti kemacetan semakin berkurang," tulis Pemprov DKI Jakarta melalui akun Instagram @dkijakarta, Minggu (17/1/2021).
Dalam survei yang dikeluarkan oleh perusahaan spesialis teknologi lokasi ini dijelaskan kondisi lalu lintas Jakarta dalam kurun empat tahun terakhir. Pada 2017, tingkat kemacetan mencapai angka 61 persen yang menyebabkan DKI Jakarta masuk peringkat empat besar kota termacet di dunia.
Setahun kemudian tepatnya pada 2018, DKI berhasil menurunkan tiga peringkatnya menjadi peringkat ke-7 kota termacet di dunia. Adapun tingkat kemacetan pada 2017 sebesar 53 persen.
Pada 2019, DKI masuk peringkat ke-10 dengan tingkat kemacetan 53 persen. Kini, pada 2020, DKI Jakarta turun 21 peringkat dari tahun sebelumnya dengan tingkat kemacetan hanya 36 persen.