Tim Kunjungan Kerja Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI ke Provinsi Jawa Timur menyoroti pelayanan pasien Covid-19 dan insentif tenaga kesehatan di Rumah Sakit Manyar Medical Center Surabaya (RS Manyar), Jawa Timur. Anggota BURT Hamid Nuryasin (F-PKS) menanyakan tren kasus Covid-19 di Surabaya dan pelayanan RS Manyar kepada pasien Covid-19.
“Dalam kesempatan ini kami ingin menanyakan bagaimana tren Covid-19 di Surabaya, bagaimana pelayanan RS Manyar bagi pasien Covid-19, dan bagaimana ruang isolasi Covid-19 serta bagaimana tingkat keberhasilan dalam pelayanan tersebut,” tanya Hamid di sela-sela pertemuan Tim Kunker BURT dengan jajaran RS Manyar dipimpin Ketua BURT Agung Budi Santoso, di Surabaya, Jatim, Minggu (4/4/2021)
Sementara Anggota BURT Tina Nur Alam F-NasDem menanyakan apakah RS Manyar menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19 dan apakah ada ruang khusus untuk menangani pasien Covid-19, serta apakah ruang ICU untuk pasien Covid-19 dan ICU untuk pasien non-Covid disatukan.
Sedangkan Anggota BURT Ribka Tjiptaning (F-PDI Perjuangan)mempertanyakan insentif tenaga kesehatan dan kompensasi dari pemerintah bagi rumah sakit yang melayani pasien Covid-19. Menurutnya banyak rumah sakit yang tidak jujur. Pasalnya insentif untuk tenaga kesehatan (nakes) sekitar Rp1,7 triliun yang belum disalurkan.
“Apakah nakes RS Manyar juga dapet insentif dan apakah ada pemotongan? Sampaikan saja kalau memang belum memdapatkan. Belum lagi kompensasi yang dijanjikan pemerintah kepada keluarga pasien Covid-19 yang meninggal dunia sebesar Rp15 juta, dan untuk rumah sakit sebesar Rp94 juta. Makanya banyak pasien yang statusnya di-Covid-kan,” pungkasnya.
Menanggapi pertanyaan Anggota BURT tersebut, Kepala Bagian Keperawatan RS Manyar Iin Rokayah menyampaikan bahwa tren kasus Covid-19 di Surabaya sudah terjadi penurunan dan RS Manyar menjadi salah satu rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19.
“RS Manyar memiliki 30 tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19. Dalam waktu sebulan ini sudah menurun yang biasanya kami merawat pasien Covid-19 full 30 tempat tidur, sekarang tinggal 5 pasien. Dan kami memiliki ruang khusus tersendiri untuk pasien Covid-19, baik itu untuk ruang ICU Covid maupun ICU non-Covid kita bedakan. Demikian pula untuk ruang transisi sebelum pasien dikategorikan positif (Covid)s,” jelas Iin.
Terkait tentang kejujuran pembiayaan dari pemerintah, Iin menyatakan manajemen RS Manyar tidak melakukan pemotongan insentif nakes dan tidak meng-Covid-kan pasien untuk mendapatkan kompensasi dari pemerintah.
“Alhamdulillah dari manajemen kami terkait pembayaran nakes, kami tidak ikut campur. Jadi insentif langsung masuk ke rekening masing-masing nakes. Di kami juga ada pengawas dari SPI yang mengawasi langsung. Rumah sakit tidak tahu berapa yang didapatkan oleh masing-masing nakes tersebut,” tegasnya. Dalam kesempatan tersebut, ia menginformasikan dahwa dari bulan Desember 2020 insentif nakes belum turun.
Sementara terkait pasien di-Covid-kan, Iin menegaskan hal itu tidak terjadi di RS Manyar, diagnosis yang dilakukan sesuai standar yang ditetapkan. “Insya Asllah tidak. Kami ada alur penerimaan pasien. Bagaimana pasien sudah di-screening apakah mengarah ke Covid atau tidak. Di ruang IGD pun yang mengarah ke covid langsung masuk ke IGD Covid. Untuk menunggu hasil pun ada ruang transisi agar tidak terjadi penumpukan di IGD”, ungkap Iin. Ia mengharapkan ke depan RS Manyar dapat mampu sesuai harapan yang diinginkan untuk memberikan pelayanan kepada Anggota DPR dan keluarganya.