Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuarina menyampaikan, relevansi makna peringatan Hari Kartini di era pandemi seperti saat ini adalah bagaimana setiap insan perempuan Indonesia dapat mengambil sikap ketauladan yang pernah dilakukan Raden Ajeng Kartini dalam mengatasi berbagai persoalan semasa hidupnya. Ia menegaskan, Kartini merupakan panutan setiap perempuan Indonesia.
Kartini kerap menginspirasi melalui pendekatan cinta kasih, compassion, terhadap kesetaraan dan kemanusiaan. Nevi menambahkan, salah satu karakter Kartini adalah ketekunannya dalam melakukan perubahan. Dikatakannya, para perempuan dengan konsep sisterhood, saling bekerjasama, juga dapat melakukan banyak hal yang positif untuk mengatasi pandemi ini.
“Modalitas sisterhood, bekerja dengan hati serta profesional, sebagaimana dicontohkan oleh komunitas atau organisasi perempuan yang ada di Nusantara ini akan membantu menghadang Covid-19 ini secara signifikan," tutur Nevi dalam siaran persnya kepada Parlementaria, Selasa (20/4/2021).
Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan teori perbedaan yang menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan itu mempunyai keunikan sendiri-sendiri yang saling melengkapi. "Perempuan itu bekerja dengan hati, mempunyai jiwa keibuan yang selalu ingin melindungi anaknya, memberikan kehangatan pada anak-anaknya, dekat dengan alam, kelekatan dalam sisterhood, dan karakter positif lainnya yang berbeda dengan laki-laki," paparnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu melanjutkan, dalam Pandangan Syarak (Syariat Agama Islam) disebutkan bahwa perhiasan paling indah adalah perempuan saleh, yakni perempuan yang istiqamah pada peran dan konsekuen dengan citranya.
"Risalah Agama mengutamakan pendidikan akhlaq. Sebuah bangsa akan tegak dengan kokoh karena etika moral dan akhlaknya. Etika dan moral itu dibentuk oleh budaya dan ajaran agama. Moral anak bangsa yang rusak, membuat bangsa terkoyak," terang legislator asal Sumatera Barat II ini.
Nevi mengatakan, rumah tangga sebagai extended family (inti keluarga besar) dalam budaya Minangkabau menjaga dan mencetak generasi bermoral, dengan filosofi yang jelas, Adat bersendi syarak-syarak bersendi Kitabullah. Kaum perempuan (bundo kanduang, pemilik suku) berperan mendidik, menjaga nikmat Allah. Kaum lelaki (pemilik nasab), membentuk generasi berdisiplin. Kedua peran ini menjadi satu di dalam tatanan pergaulan masyarakat adat, dengan kekerabatan yang kuat.
"Saya mendalami apa yang menjadi kelebihan sosok Kartini di zamannya, dimana sosoknya telah menginspirasi perempuan Indonesia hingga sekarang ini diantaranya adalah cara pandangnya yang jauh ke depan. Jika Kartini bisa menjangkau dunia, dalam belenggu tradisi Jawa yang ketat dan lingkungan sosial, melalui surat-surat yang dia tulis. Kita sebagai perempuan di masa sekarang bisa memanfaatkan media sosial secara kreatif misalnya untuk menulis, membuat karya seni, hingga jelajah kuliner," tutup Nevi.