Data Kementerian Pertanian merilis bahwa di tahun 2020 dan 2021, sektor pertanian tumbuh positif dan nilai ekspor pertanian meningkat. Anggota Komisi IV DPR RI Renny Astuti mempertanyakan mengapa keberhasilan tersebut belum dapat dinikmati sepenuhnya oleh petani. Terutama petani tanaman pangan yang Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) dari awal 2021 sampai saat ini msh dibawah 100.
Padahal, Data BPS menunjukka pertumbuhan subsektor tanaman pangan pada Triwulan pertama tahun 2021 tercatat tinggi. “Saya ingin tahu, siapa yang menikmati pertumbuhan ini, Pak,” tanya Renny dalam rapat kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran di Ruang Rapat Komisi IV DPR RI, Gedung Nunsatara, Senayan, Jakarta, Rabu (9/6/2021).
Selain itu, politisi Fraksi Gerindra tersebut juga menyoroti terkait penurunan harga gabah yang sering terjadi. Saat wacana impor beras berhembus saja harga gabah di tingkat petani sudah terjun bebas.
Untuk itu, Renny mengusulkan agar harga dikembalikan menjadi harga dasar gabah (HGD) seperti dulu. "Karena memberi jaminan keuntungan bagi petani dengan memperhatikan perkembangan harga beras dan biaya hidup tidak lagi menggunakan harga pembelian pemerintah (HPP)," tegasnya.
Terkait soal lain, Renny juga menyoroti pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) yang jumlahnya hanya sedikit. Menurut legislator dapil Sumatera Selatan I itu, JUT ini sangat diharapkan oleh para petani, untuk memudahkan petani dalam memobilitasi alat pertanian dan mengangkut hasil produksinya.
"Saya mendukung pembangunan JUT ini karena sangat diperlukan oleh petani, tetapi kalau alokasinya hanya tiga untuk masing-masing anggota, dipastikan tidak cukup. Apalagi untuk dapil saya yang sebagian besar wilayah pertaniannya harus melalui perairan, tentu akan sulit. Jadi saya minta ditinjau kembali jumlah jalan usaha tani ini,” pungkas Renny.