Siapa Caleg 2024 untuk DPR-RI/ DPD-RI/ DPRD Prov. dan DPRD Kab./Kota-mu? Cek di sini...

Berita Anggota Parlemen

Covid-19 Mengganas, LaNyalla Minta Sekolah Tatap Muka Ditunda

sumber berita , 23-06-2021

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah menunda rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada tahun ajaran baru, Juli mendatang. Pasalnya, terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi. Bahkan, jumlah anak-anak yang terinfeksi virus tersebut sangat tinggi.

"Risiko terpaparnya anak dari Covid-19 masih sangat besar. Apalagi, anak-anak masih sulit menerapkan protokol kesehatan seperti orang dewasa," ujar LaNyalla, Rabu (23/6).

Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), persentase anak-anak yang terinfeksi Covid-19 mencapai 12,5 persen.

KPAI juga menyebut, ketiadaan ruang ICU pasien usia anak mengakibatkan banyak anak meninggal akibat Covid-19. Akibatnya, angka kematian anak karena Corona di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia.

Lebih lanjut, kata LaNyalla, berdasarkan data Satgas Covid-19 per 10 Juni 2021, tren kasus pada anak cukup tinggi. Terdapat 64.690 kasus positif pada anak dengan rentang usia 7-12 tahun. Sebanyak 60.642 sembuh, sementara ada 120 kasus kematian.

Kemudian pada anak usia 16-18 tahun yang positif Covid-19 sebanyak 58.858, sedangkan yang sembuh 55.159 dengan jumlah kematian 130.

Lalu 46.706 kasus untuk usia 13-15 tahun dengan jumlah anak meninggal dunia 68 orang.

"Padahal kita tahu, saat ini sebagian besar anak masih melakukan sekolah jarak jauh dari rumah. Tetapi ternyata kasus pada anak juga cukup tinggi,” tuturnya.

Dengan data tersebut kata Senator asal Jawa Timur ini, menunjukkan angka kasus Covid-19 untuk anak usia sekolah sangat tinggi. Untuk kategori SD dan SMA, termasuk kelompok yang terpapar kasusnya tinggi dan harus jadi perhatian bersama.

"Dari data ini dapat disimpulkan peta risiko penularan Covid di satuan pendidikan cukup besar,” kata LaNyalla.

Selain itu, LaNyalla juga menyoroti data dari Kementerian Kesehatan yang menyatakan kesiapan sekolah dalam pencegahan Covid-19 saat ini masih rendah. 

Menurut dia, masih kurangnya kesiapan sekolah dari segi ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan pembersih tangan, dan disinfektan.

"Ini juga harus jadi pertimbangan penundaan sekolah tatap muka meski dilakukan hanya seminggu 2 kali dengan kapasitas kelas 50 persen,” paparnya.

Menurut LaNyalla, Kementerian Kesehatan juga sudah mencatat rendahnya kemampuan sekolah mengakses fasilitas kesehatan layanan kesehatan seperti Puskesmas, klinik, dan rumah sakit. 

Kemudian juga, terkait kesiapan menerapkan area wajib masker kain atau masker tembus pandang bagi yang memiliki peserta disabilitas rungu.

Selain itu, kesiapan berupa ketersediaan thermo gun dan pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh melakukan kegiatan dari satuan pendidikan seperti memiliki komorbid. Vaksinasi Covid-19 kepada tenaga pendidik juga masih belum sempurna.

“Saat ini beban Puskesmas sangat besar. Apalagi banyak tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 saat menjalankan tugasnya, sehingga harus menjalani isolasi mandiri,” terang LaNyalla.

Sebagai ganti penundaan sekolah tatap muka, LaNyalla meminta pemerintah memaksimalkan sistem pembelajaran jarak jauh. Meski kurang ideal, kondisi Covid-19 yang sudah mengkhawatirkan menjadikan sekolah jarak jauh sebagai solusi terbaik.

Maksimalkan pembelajaran jarak jauh dengan melibatkan pihak-pihak yang memiliki korelasi dengan pendidikan dan anak, seperti NGO dan relawan-relawan pemerhati anak yang fokus terhadap kegiatan mengajar agar pembelajaran lebih intensif.

Diposting 25-06-2021.

Dia dalam berita ini...

AA. La Nyalla Mahmud Mattalitti

Anggota DPD-RI 2019-2024
Jawa Timur