Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menyebut eks Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, melihat kawasan Tanah Abang bak poco-poco karena semakin macet. Sekretaris Fraksi Golkar DPRD DKI, Judistira Hermawan, mengapresiasi jika Djarot masih memperhatikan masalah DKI.
"Ya bagus lah kalau Pak Djarot juga sekarang memikirkan bagaimana agar Jakarta lebih baik gitu ya, semakin banyak yang berkontribusi kan semakin bagus," kata Judistira kepada wartawan, Minggu (9/1/2022).
Tapi menurut dia, setiap pemimpin memiliki tantangan dan keberhasilan masing-masing. Sehingga tidak bisa disamakan.
"Tapi gini lah saya kira, setiap pemimpin ada masanya dan setiap masa ada pemimpinnya, masing-masing punya tantangan dan ukuran keberhasilan saya kira," ujar Judistira.
Judistira mengatakan masalah Tanah Abang yang macet tidak bisa diselesaikan. Sebab, jumlah pengunjung yang banyak setiap hari tidak seimbang dengan ruas jalan sekitar. Dia menyebut kemacetan itu hal biasa karena ada pengaturan lalu lintas.
"Bicara Tanah Abang, kapan sih nggak macet di sana? Dari dulu sampai sekarang ya macet, pengunjungnya banyak, ruas jalan terbatas gitu kan, saya sering lewat Tanah Abang ya macet biasa aja, diatur lalu lintasnya, biasa aja," ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan masalah di Jakarta selalu menjadi isu menarik dan tidak pernah habis. Yang terpenting menurutnya, bagaimana ekonomi Jakarta bangkit dari pandemi COVID-19.
"Masalah Jakarta yang selalu menjadi isu menarik itu kan apa, banjir dan macet, saya kira kita konsisten terus memperbaiki infrastruktur, tapi ada yang penting ke depan saya kira bagaimana Jakarta bisa terus mengendalikan pandemi COVID-19 dan ekonomi bangkit, jangan kesenjangan ekonomi bertambah di Jakarta ini, ini yang penting menurut kami Fraksi Golkar yang perlu diperhatikan," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Djarot Saiful Hidayat mengibaratkan kondisi Jakarta saat ini seperti poco-poco. Salah satu yang disebutnya terkait kondisi di Tanah Abang saat ini yang semakin macet semenjak bergantinya pemimpin di DKI.
"Ini Pak Djarot melihat ini kok rasanya seperti poco-poco juga, maju mundur Tanah Abang dulu sudah beres Tanah Abang tidak macet, tiba-tiba ganti pemimpin, Tanah Abang menjadi macet. Tanah Abang menjadi berubah," kata Hasto.
Hasto kemudian berbicara mengenai capaian di era Gubernur Djarot mengenai waduk-waduk yang dikelola dengan baik. Namun, kata Hasto, kondisi saat ini justru berbalik. Hasto mendapat aspirasi dari Camat wilayah Cakung bahwa ada beberapa sodetan yang tidak berjalan untuk mencegah banjir.
"Dulu waduk-waduk dikelola dengan sangat baik, contohnya tadi aspirasi dari camat (Cakung) itu kan untuk sodetan aja udah berapa lama tidak berjalan, padahal itu penting di dalam menjaga upaya untuk mencegah banjir," ungkap Hasto.
Lebih lanjut Hasto mengungkap adanya pergantian pemimpin yang tidak memahami hakikat kepemimpinan rakyat. Dia menyebut ketidakpahaman itu justru bisa menimbulkan kemunduran.
"Jadi pergantian pemimpin kalau tidak memahami hakikat kepemimpinan untuk rakyat, maka yang terjadi adalah kemunduran," ungkapnya.