Kursi yang dikeluarkan dari gudang lalu digunakan di Komisi IX DPR RI dikeluhkan anggota DPR yang sedang menggelar rapat. Kursi yang disiapkan untuk mengganti kursi rusak itu dinilai tak nyaman oleh anggota DPR.
Adalah anggota Komisi IX DPR Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay yang mengeluhkan kursi baru di ruang rapat DPR. Saleh mengeluh kursi itu tidak nyaman.
Hal itu diungkapkan Saleh saat rapat kerja Komisi IX bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Rapat digelar di Ruang Rapat Komisi IX, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/3).
Di sela rapat, Saleh menyampaikan pandangannya terkait materi rapat. Setelah itu, di akhir pandangannya Saleh pun mengeluhkan kondisi kursi baru di ruang rapat.
"Saya agak nggak nyaman secara teknis ini, kursi-kursi baru ini buat saya nggak nyaman sekali," kata Saleh.
Kursi baru dalam ruang rapat itu disebutnya dalam kondisi baru. Saleh mengusulkan agar kursi DPR itu diganti dengan yang lama. "Jadi kalo saya usul ganti kursi yang lama aja deh, ini nggak jelas ini," ujarnya. "Ini susah, katanya enak, apa yang enak begini," lanjut Saleh.
Kursi Baru Masih Ada Plastiknya
Pantauan di Komisi IX, semua kursi untuk anggota Komisi IX tampak baru. Sedangkan kursi untuk mitra kerja, seperti menteri serta kepala badan atau lembaga, masih kursi lama.
Kursi baru untuk anggota DPR ini berwarna cokelat, sedangkan kursi pimpinan Komisi IX berwarna hitam sama seperti sebelumnya. Sekilas, kursi baru anggota DPR itu seperti kursi kantor pada umumnya.
Di bagian kaki kursi masih terdapat bubble wrap yang membungkusnya. Dalam satu baris meja, ada enam kursi untuk anggota yang masih baru.
Kursi baru untuk anggota DPR berbeda jauh dengan kursi lama yang mereka gunakan. Kursi lama anggota DPR menggunakan rangka kayu dengan alas dan sandar dari bahan kain.
Sementara di ruang rapat komisi lain, terlihat masih ada kursi lama untuk anggotanya. Salah satunya kursi anggota di ruang rapat Komisi III DPR yang masih menggunakan kursi model sofa dengan side chair dari kayu.
Kursi lama berjenis kursi staf sehingga tak memiliki sandaran yang tinggi. Kursi lama itu juga tak memiliki roda seperti kursi baru di Komisi IX.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI Indra Iskandar mengungkap kursi baru dikeluhkan anggota DPR merupakan stok lama yang ada di gudang. Sekjen DPR Indra menyebut kursi sejumlah anggota DPR di komisi rusak.
"Itu kursi tahun lalu, dari dua tahun lalu, baru difungsikan sekarang dari gudang," kata Indra Iskandar kepada wartawan, Selasa (22/3).
Penggantian kursi anggota DPR dilakukan karena kursi yang lama rusak di bagian pegasnya. Kursi yang sudah lebih dari lima tahun pun, menurut Indra, kemudian diganti.
"Itu kursi sudah lama, kalau Komisi IX itu kan kursinya terakhir 2013 apa ya, yang pegasnya sudah tidak berfungsi," ujarnya.
Penggantian kursi diganti pun tak hanya dilakukan di Komisi IX DPR. Di komisi lain, kursi yang rusak juga diganti. DPR menyiapkan kursi yang layak sejak dua tahun lalu.
"Nggak di Komisi IX, di beberapa komisi juga ada yang kita ganti. Itu stoknya dari dua tahun lalu, dari tahun 2020 Januari, itu kan nomor BMN-nya ada di kursinya," ujarnya.
Selain pegasnya rusak, busa kursi lama anggota DPR rusak karena ada yang digigit tikus. Indra mengaku tak hafal dengan nilai anggaran kursi baru.
"Di KK II dua juga, saya nggak hafal di ruang mana yang diganti. Waktu saya ke KK II juga saya lihat ini-nya diganti baru. Karena saya lihat, sebagian sudah dimakan tikus (busanya), banyak yang bolong," ujarnya.
Pergantian kursi lama yang rusak menurut Indra tak bisa dilakukan satu per satu, namun diganti keseluruhan per komisi. Jika diganti satu per satu, menurut Indra, tak sedap dipandang.
"Itu memang sudah distok untuk persiapan kalau ada yang rusak atau apa. Kita kan nggak mungkin satu-satu, biasanya sekomisi gitu ya. Kalau ganti satu-satu, aneh," imbuhnya.
Penjelasan Anggota DPR
Saleh Partaonan Daulay yang juga merupakan Ketua Fraksi PAN menjelaskan soal kursi baru DPR RI tidak nyaman. Menurutnya, dia yang duduk di bagian belakang ruang Komisi IX DPR sedikit terganggu oleh kursi yang memiliki sandaran tinggi.
"Yang saya maksud tidak nyaman dengan kursi baru. Karena kursinya itu sandarannya tinggi. Sehingga kalau duduk di belakang, tidak kelihatan dari belakang," ucapnya saat dihubungi, Selasa (22/3). "Karena kalau orang seperti saya, yang nggak terlalu tinggi, itu (yang di depan) tidak terlihat," katanya.
Saleh pun membandingkan dengan kursi lama. Menurutnya, kursi lama sandarannya tidak terlalu tinggi, sehingga tidak mengganggu orang yang di belakang.
"Kursi lama sandaran pendek, yang belakang masih bisa melihat yang depan. Jadi lebih pada persoalan bagaimana supaya kita nyaman duduk, bisa melihat ke depan, bisa melihat ke mitra," katanya.
Saleh menegaskan tidak mempermasalahkan pengadaan kursi oleh Sekretariat Jenderal DPR. Dia memberi apresiasi soal pengadaan kursi tersebut. "Bukan mengkritik Kesekjenan, saya apresiasi niat baik Kesekjenan mengganti kursi-kursi itu supaya lebih baik," katanya.
Namun Saleh hanya menyampaikan pernyataan agar kondisi rapat lebih baik. "Saya sampaikan itu. Saya harapkan pimpinan komisi bisa diskusikan supaya bisa lebih nyaman seperti kemarin," ucapnya.