Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan penelitian ulang terhadap semua kemasan pangan yang menggunakan bahan etilen glikol dalam proses pembuatannya. Termasuk kemasan galon sekali pakai yang berbahan PET (Polietilen Tereftalat).
Hal tersebut dipicu oleh peristiwa meninggalnya sejumlah anak di Gambia, Afrika Barat yang diduga mengalami gagal ginjal akut misterius akibat mengonsumsi obat batuk mengandung dietilen glikol dan etilen glikol.
"Terhadap kemasan pangan yang berpotensi mengandung etilen glikol, karena itu bisa menyebabkan bahaya kesehatan pada anak-anak seperti yang terjadi di Gambia, BPOM perlu melakukan suatu kajian atau penelitian lagi untuk mengetahui kadar etilen glikol di dalam produknya," ujar Rahmad melalui keterangan tertulis, Selasa (18/10/2022).
Menurut dia, selama ini beberapa kelompok tertentu gencar mendorong potensi kandungan BPA pada polikarbonat. Padahal, kata Rahmad, BPOM juga mencantumkan potensi bahaya etilen glikol dalam kemasan plastik PET.
Dia menjelaskan, penelitian terhadap kemasan pangan yang mengandung etilen glikol tersebut sangat diperlukan, meski pun sudah diberikan izin edar mengingat terus berkembangnya ilmu pengetahuan.
"Data-data empiris harus dilakukan termasuk penyebab anak-anak kita yang tengah mengalami gangguan penyakit ginjal akut. Jadi, saya kira hal-hal yang menyangkut itu tidak salah BPOM melakukan satu kajian yang melibatkan peneliti dari universitas yang sangat berkompeten," kata Rahmad.
Rahmad pun meminta agar masyarakat tidak terlalu panik dengan adanya kejadian di Gambia. Karena, menurut Rahmad, ada batas-batas zat berbahaya dalam produk pangan yang bisa ditoleransi.
"Tapi, saya mendorong agar tetap dilakukan penelitian terhadap kemasan-kemasan pangan yang mengandung etilen glikol sebagai langkah preventif untuk mengantisipasi potensi-potensi yang tidak diinginkan seperti kejadian di Gambia itu terjadi di Indonesia," jelas Rahmad.
Bisa Ganggu Sistem Saraf
Sementara itu, Pakar polimer Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmad Zainal Abidin menjelaskan, kemasan air minum sekali pakai seperti air kemasan galon sekali pakai yang berbahan PET, dalam pembuatannya menggunakan etilena glikol.
Bahan tersebut, menurut Ahmad, apabila dikonsumsi melebihi dosis maksimal yang diizinkan, maka bisa menyerang sistem saraf pusat, jantung, dan ginjal serta dapat bersifat fatal jika tidak segera ditangani.
Seperti diketahui, etilen glikol cukup beracun dengan LDLO 786 mg/kg berat badan bagi manusia. Bahaya utamanya terletak pada rasa senyawa ini yang manis.
Sebab itu, anak-anak dan hewan sering tak sengaja mengkonsumsinya melebihi dosis maksimal yang diperbolehkan. BPOM telah resmi melarang penggunaan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) dalam semua jenis obat sirup di Indonesia. Bahan ini dicurigai sebagai penyebab kematian anak di Gambia, Afrika.
"Untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat, BPOM telah menetapkan persyaratan pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG)," ujar Kepala BPOM Penny K. Lukito dalam pernyataan resminya, Sabtu 15 Oktober 2022.
"Saat ini di luar sirup, BPOM juga tengah menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG pada bahan lain sebagai zat pelarut tambahan," tegas Penny.
Kata Pakar IPB
Sebelumnya, saat ini di pasaran tersedia dua pilihan bagi konsumen untuk membeli air minum dalam kemasan (AMDK) ukuran galon, yaitu yang berisi 19 liter terbuat dari Polikarbonat (PC) atau yang berisi 15 liter terbuat dari Polietilena Tereftalat (PET). Banyak muncul pertanyaan di masyakat, sebenarnya yang manakah yang lebih baik untuk dipilih dari kedua kemasan ini.
Dosen dan Peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor (IPB), Nugraha Edhi Suyatma, mengatakan untuk membandingkan kedua jenis kemasan galon ini harus dilihat dari beberapa aspek agar lebih adil dan tidak diskriminatif.
Perbandingan bisa dinilai dari aspek karakteristik fungsional kemasan, aspek lingkungan, aspek keamanan pangan, dan aspek ekonomi.
"Hasil dari perbandingan PC dan PET ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk AMDK dengan galon plastik sesuai kebutuhannya," ujarnya melalui keterangan pers, Selasa 4 Oktober 2022.
Dari sifat fungsional kemasan, Nugraha mengatakan bahwa plastik PC memiliki banyak keunggulan dibandingkan dari PET. Plastik PC lebih fleksibel, sehingga lebih tahan dari risiko pecah/retak.
Plastik PC juga memiliki ketahanan gores dan ketahanan benturan yang lebih baik dengan suhu transisi gelas (Tg) yang lebih tinggi (Tg PC=150° C; Tg PET = 70° C), sehingga tahan untuk dicuci dengan suhu panas antara 60°-80° C dengan penyikatan menggunakan sikat plastik tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan kemasan.
Selain itu, menurut Nugraha, kemasan polikarbonat guna ulang sering disebut juga dengan kemasan multitrip karena mengalami banyak perjalanan, yaitu dari pabrik dikirim ke distributor/toko/penjual lalu dibawa ke konsumen, kemudian kemasan kosong dikembalikan lagi oleh konsumen ke penjual/toko/distributor untuk dikirimkan ke pabrik dan digunakan ulang, dan siklus ini dapat terjadi berulang-ulang hingga kemasan galon PC dianggap tidak layak lagi karena rusak/pecah.
Sebaliknya, kata Nugraha, galon PET memiliki risiko lebih mudah tergores saat dilakukan pencucian dengan menggunakan sikat.
"Karena kriteria inilah, PC memiliki keunggulan dibandingkan PET karena handal digunakan untuk kemasan guna ulang atau multitrip yang lebih banyak," tukasnya.
Densitas Plastik PC dan PET
Tidak hanya itu, dia mengatakan plastik PC memiliki densitas (massa jenis) yang sedikit lebih rendah dibandingkan PET.
Artinya, jika botol galon dibuat dengan bentuk dan ukuran serta ketebalan yang sama, maka galon dari PC akan memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan galon dari PET.
Akan tetapi, untuk tujuan penggunaan sebagai kemasan guna ulang, botol galon PC juga bisa dibuat lebih berat daripada PET, sehingga kekuatan mekanisnya lebih kuat.
Data absorpsi air menunjukkan bahwa pada plastik PC absorpsinya lebih rendah dibandingkan pada PET, sehingga dapat dikatakan bahwa PC lebih tahan terhadap air dibandingkan PET.
Dari aspek lingkungan, Nugraha menyampaikan bahwa kemasan guna ulang lebih baik dibandingkan kemasan galon PET.
Alasannya, galon PC sama sekali tidak menghasilkan sampah karena kemasan digunakan kembali. Galon PC juga mengurangi energi yang digunakan untuk mendaur ulang.
Menurut Nugraha, pada praktiknya, proses daur ulang memerlukan tahapan yang sangat panjang dari mulai pengumpulan sampah kemasan plastik, pemilahan jenis sampah plastik, proses pengecilan ukuran menjadi potongan-potongan kecil, proses pencucian dan pengeringan, proses ekstrusi (butuh energi panas tinggi) dan proses pencetakan (perlu energi panas yang tinggi).
Alasan lainnya adalah galon PC tidak menimbulkan cemaran udara dan air dari proses mendaur ulang sehingga dapat mengurangi penggunaan sumber daya atau bahan untuk proses produksi (misalnya bahan bakar minyak, listrik, dan persediaan air); menghemat biaya pembelian bahan karena untuk proses daur ulang tidak semua bahannya berasal dari bahan daur ulang; serta menghemat biaya pembuangan/penanganan sampah.
"Jadi dari aspek lingkungan, kemasan galon PC lebih unggul dibandingkan galon PET karena lebih ramah lingkungan. Kemasan galon PC memiliki guna ulang yang lebih panjang dibandingkan galon dari PET," tuturnya.