KETUS DPR RI Puan Maharani menyuarakan agar APPF menentang keras penggunaan senjata nuklir. Sebab menurutnya, tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan perang nuklir justru akan menimbulkan kesengsaraan untuk semua pihak.
Hal tersebut Puan sampaikan saat menghadiri 'The 30th Annual Congress of the Asia-Pacific Parliamentary Forum' (APPF 30) di Bangkok, Thailand.
“Perdamaian juga merupakan prasyarat untuk pemulihan berkelanjutan dan memerangi pemanasan global. Kita, Anggota Parlemen, harus memainkan peran yang lebih besar dalam mempromosikan perdamaian. Kita seharusnya tidak duduk di pagar dalam menghadapi ketegangan geopolitik,” terang Puan dalam keterangan, Rabu (26/10).
Istilah dari ‘tidak duduk di pagar’ itu dapat dimaknai bahwa negara-negara kawasan Asia-Pasifik tidak boleh netral terkait perang nuklir. Artinya, menurut Puan, dibutuhkan sikap tegas dari APPF terhadap penggunaan senjata nuklir.
“Kita harus meyakinkan pemerintah kita masing-masing untuk tidak menggunakan kekerasan dalam resolusi konflik. Kita membutuhkan lebih banyak dialog dan diplomasi dalam menyelesaikan perbedaan antar bangsa,” tambah ungkap perempuan asal Jawa Tengah ini.
Puan lalu menyinggung soal penyelenggaraan ‘The 8th G20 Parliamentary Speaker Summit’ (P20)’ yang baru saja digelar awal bulan lalu di Jakarta.
DPR RI menjadi tuan rumah dan presidensi pertemuan forum parlemen negara-negara G20 tahun ini dengan topik ‘Parlemen yang Lebih Kuat untuk Pemulihan Berkelanjutan’.
“Pada pertemuan dan di tingkat global, ada pemahaman bahwa parlemen harus bekerja secara efektif jika kita ingin menjadi bagian dari solusi krisis saat ini,” ujarnya. Asia-Pasifik pun dinilai membutuhkan parlemen yang kuat dan efektif agar dapat berkontribusi menciptakan kawasan yang damai dan sejahtera.
“Oleh karena itu, mari kita bekerja sama selama pertemuan APPF ini dalam mencari kontribusi parlemen untuk solusi dari tantangan kita bersama di Asia-Pasifik,” tegas Puan.
Pada kongres APPF ke-30, Puan juga berbicara soal pentingnya pemberdayaan perempuan demi kemakmuran masyarakat dunia. Ia mengurai kemajuan Indonesia dalam hal kesetaraan gender.