ANGGOTA Komisi VII DPR RI Syaikhul Islam mengaku pesimis Indonesia dapat menjadi produsen besar baterai kendaraan listrik untuk mendukung ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Diakuinya, Indonesia memiliki potensi nikel yang sangat besar, namun tidak mempunyai lithium untuk mendukung produksi baterai. Sehingga menurutnya, untuk menjadi produsen baterai, Indonesia harus tetap impor lithium.
“Kita sudah gembor-gembor menjadi produsen baterai kendaraan listrik. Pertanyaan dasarnya kita tidak punya lithium. Terus terang kalau secara pribadi, agak pesimis. Toh kalau kita mau jadi produsen besar itu tetap aja lithiumnya impor," jelasnya.
"Semakin besar produksinya, semakin besar impornya. Kita tidak mengendorkan semangat kita untuk jadi pionir, cuma realitanya begitu,” kata Syaikhul dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, di Gedung Nusantara I, Senayan Jakarta, Rabu (7/12).
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengaku lebih tertarik dengan rencana Kemenperin dalam mengembangkan industri semikonduktor ini. Pasalnya menurut Syaikhul, Indonesia memiliki potensi pasir silika yang besar.
Sebelumnya dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Syaikhul meminta pemerintah menutup ekspor pasir silika segera ditutup. Sehingga jangan menjadi ramai ketika pasir silika diekspor terus menerus, namun jumlah cadangan di dalam negeri habis.
“Karena itu, kita perlu Raker dengan Kementerian ESDM. Artinya kita bahas tuntas. Jadi ekosistem dan hilirisasi ini kita tutnaskan betul. Maaf, kita itu bangga tidak mengekspor nikel, tapi tetap aja diekspor dengan nilai tambah yang kecil," jelasnya.
"Memang bukan produk mentah, tapi nilai tambahnya sangat kecil. Kan yang kita harapkan ada nilai tambah yang benar-benar optimal. Kita berharap kalau industri semikonduktor kita tuntaskan di sini, karena Kemenperin dan Kementerian ESDM mitra Komisi VII,” tutup Legislator Dapil Jawa Timur I itu.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwnag Kartasasmita menargetkan terciptanya indutrsi baterai yang terintegrasi di Indonesia.
Pengembangan industri baterai kendaraan listrik ini nantinya akan dibagi menjadi industri perakitan, produk battery cell, pembuatan battery management system, penambangan bahan baku baterai, hingga industri daur ulang baterai.
“Kami juga telah bekerja sama dengan stakeholder untuk pengembangan industri swap battery atau penukaran baterai, serta penerapan standarisasi untuk pack battery,” kata Agus.