Wakil Ketua MPR Syarief Hasan meminta pemerintah mengantisipasi rupiah yang jatuh terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Diketahui saat ini nilai tukar rupiah melemah hingga menyentuh lebih dari Rp16 ribu/dolar AS.
Menurutnya jika kondisi ini berlanjut bisa berdampak pada keberlanjutan fiskal dan mengerek inflasi. Apalagi jika eskalasi konflik di Timur Tengah tidak berhenti, bahkan semakin bergejolak. Jika harga minyak menembus 100 dolar AS/barel, bisa menjadi pertanda kondisi ekonomi domestik tidak baik-baik saja.
"Kebergantungan kita pada minyak jelas akan berdampak pada stabilitas ekonomi nasional. Pelemahan rupiah akan membuat harga beli minyak kian tinggi, akhirnya industri dan rumah tangga akan menanggung kenaikan harga. Pada ujungnya harga naik, rakyat kian tertekan. Ini adalah konsekuensi nyata dari kenaikan harga komoditas dan pelemahan rupiah sekaligus," ucapnya dalam keterangannya, Senin (22/4/2024).
Politisi Senior Partai Demokrat ini menilai situasi saat ini menjadi kian dilematis dengan posisi utang luar negeri yang cukup besar, yakni menembus angka US$ 407,3 miliar per Februari 2024. Apalagi jika kita dihadapkan dengan jatuh tempo utang yang mendesak, maka ini akan menguras cadangan devisa termasuk intervensi pasar oleh Bank Indonesia.
Menyikapi hal ini Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini menekankan kemandirian ekonomi penting dalam menghadapi gejolak global yang tidak berkepastian. Kemandirian ekonomi berarti mengedepankan semangat kemampuan sendiri untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Dalam konteks bernegara, kata dia, maka sumber-sumber daya yang tersedia dioptimalkan oleh dan untuk rakyat Indonesia.
"Hilirisasi dan industrialisasi adalah kebijakan yang sudah sangat tepat dan harus dilanjutkan. Peningkatan nilai tambah komoditas akan menambal cadangan devisa, dan ujungnya memperkuat fundamental ekonomi. Jika ini berkelanjutan, maka gejolak perekonomian global tidak akan begitu berdampak pada stabilitas ekonomi nasional. Saya kira sangat penting untuk pemerintahan mendatang," tutup Syarief.