Anggota Komisi VII DPR RI Andi Yuliani Paris mengatakan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistem Ground-Mounted di Kawasan Industri Kota Bukit Indah mampu mengurangi pemakaian listrik 90 persen. Bahkan kawasan yang dibangun oleh PT Aruna Hijau Power dalam waktu 6,7 bulan itu dapat menyumbang pengurangan karbon dioksida sebanyak 118.725 ton.
Meskipun demikian, ia menyayangkan semua bahan material 100 persen produk impor.
“Ini 100 persen semua produk China. Saya sampaikan kepada Kementerian ESDM dan Kemenperin seharusnya regulasi investasi dan manufaktur mengatur investor Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET) harus menggunakan komponen dalam negeri semaksimal mungkin, karena ini menjadi roadmap bagi Indonesia ke depannya. Indonesia bisa mereplikasi dari rekayasa engineering yang ada,” katanya saat diwawancarai Parlementaria usai melakukan kunjungan kerja spesifik Tim Komisi VII ke Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (27/9/2024).
Ia melanjutkan, sesuai dengan kesepakatan Paris Agreement dan The Nationally Determined Contributions (NDCs) pada tahun 2030-2060 Indonesia harus menyelesaikan 912 juta ton karbon dioksida untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim. Untuk itu, Tim Kunker Spesifik ini meninjau PLTS penyuplai listrik terbesar di Indonesia yang memiliki 100 MWp itu.
“PLTS ini materialnya semua impor. Seperti yang kita lihat di belakang saya ini, 100 persen materianlnya dari China. Saya minta kedepannya tentu ada regulasi yang memisahkan antara TKDN Jasa dan TKDN Sistem yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia agar tidak lagi bergantung pada negara lain,” jelasnya.
Politisi Fraksi PAN itu berharap agar ke depannya pemerintah segera memikirkan regulasi tersebut dan Indonesia bisa mereplikasi rekayasa engineering yang ada.
“Kita punya lulusan yang hebat, ini semua bisa dipelajari karena investasi bukan hanya PLTS ini saja tetapi juga investasi itu harus meningkatkan industri-industri dalam negeri,” pungkasnya.