Produksi Teh dan Karet Masih Stagnan

Produksi teh dan karet oleh PT Perkebunan Nusantata (PTPN) dinilai masih stagnan. Berbeda dengan komoditas tebu yang sudah jauh lebih tinggi produksinya. Padahal, teh dan karet melimpah di Indonesia.

Hal ini mengemuka dalam pertemuan Komisi VI DPR RI dengan para direksi BUMN bidang perkebunan, kehutanan, dan transportasi di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/4/2025). Wakil Ketua Komisi VI DPR Eko Hendro Purnomo kepada Parlementaria usai pertemuan mengatakan, teh dan karet memang masih tertinggal produksinya dengan tebu dan kopi.

"Usaha teh dan karet masih stagnan. Teh masih jadi pendapatan lemah. Lalu karet juga begitu. Padahal, karet bisa hilirisasi dimanfaatkan jadi industri ban dan sarung tangan medis. Demikian juga teh. Saya mau itu seperti di luar negeri. Ratusan jenis teh banyak. Kalau saya lihat di mal-mal premium ada harga teh yang 1 onsnya Rp1,3 juta," ungkap Eko.

Politisi PAN ini berharap, PTPN membenahi lagi produksi teh dan karet. Khusus komoditas teh, ia menyerukan ada diversifikasi, karena industri teh begitu banyak. Teh sangat memungkinkan mengejar produksi kopi dan tebu.

"Dulu kita sempat swasembada pangan. Kemudian lama tidak swasembada pangan lagi. Tebu dari tahun 1930, baru bisa pada 2023, 2024, 2025. Bahkan  sekarang menjadi 2,8 juta ton. Ke depan bisa menjadi 8 juta ton. Itu membanggakan," katanya.

Diposting 11-04-2025.

Dia dalam berita ini...

EKO HENDRO PURNOMO, S.Sos.

Anggota DPR-RI 2024-2029
DKI Jakarta 1