Minimnya representasi muatan lokal dari berbagai daerah di Indonesia dalam buku sejarah nasional menjadi sorotan Komisi X DPR RI. Hal ini disampaikan oleh Anggota Komisi X, Andi Muawiyah Ramly, saat melakukan kunjungan kerja ke Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (03/07/2025).
Dalam dialog bersama para profesor dan akademisi yang membidangi sejarah di Unhas, Andi Muawiyah menekankan bahwa muatan lokal masih kurang mendapat tempat yang proporsional dalam narasi sejarah nasional. Ia menyebut bahwa banyak usulan dari berbagai daerah mengenai materi muatan lokal sebenarnya telah diajukan, namun belum mendapat porsi yang layak dalam buku pelajaran.
“Tadi disinggung selama ini bahwa masih banyak hal yang tidak ada disebut muatan lokal. Menurut para profesor tadi, banyak hal-hal yang sudah diajukan untuk muatan lokal dari berbagai daerah namun tidak ditampilkan. Karena selama ini (muatan lokal) yang ditampilkan hanya daerah Jawa saja,” ujar politisi asal Sulawesi Selatan tersebut kepada Parlementaria.
Ia mencontohkan bahwa bahkan temuan arkeologis penting, seperti lukisan purba tertua di dunia yang berada di Sulawesi, belum banyak diangkat dalam buku sejarah nasional. Menurutnya, hal ini merupakan kekayaan sejarah yang seharusnya menjadi bagian integral dalam membangun identitas dan kebanggaan nasional.
“Muatan lokal sangat penting, karena di dalam itu ada kebudayaan seperti kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional,” tegas Politisi Fraksi PKB ini.
Andi juga menyoroti keterbatasan waktu dan sumber daya dalam penyusunan buku sejarah nasional. Jumlah penulis yang terlibat pun dinilai masih sangat terbatas, sehingga belum mampu menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah seluruh daerah secara menyeluruh.
Komisi X berkomitmen mendorong Kementerian Kebudayaan untuk memberi perhatian lebih besar terhadap keberagaman sejarah lokal dan memastikan bahwa buku sejarah nasional mencerminkan keragaman budaya Indonesia secara adil dan proporsional.