Senator asal NTB, Mirah Midadan Fahmid, menyoroti serius masalah blank spot dan lemahnya sinyal di NTB. Bagaimana tidak, menurutnya masih ada 33 titik blank spot (wilayah yang belum terjangkau sinyal telekomunikasi) dan 142 titik yang lemah sinyal di berbagai wilayah se-NTB.
Kondisi ini, kata dia, bukan sekadar soal sinyal, tetapi menyangkut kesenjangan akses informasi, pendidikan, hingga ekonomi masyarakat di wilayah terpencil.
“Ini bukan masalah kecil. Ketika sinyal lemah atau bahkan tidak ada, masyarakat di daerah terpencil kehilangan kesempatan untuk belajar, berbisnis, dan terhubung dengan dunia luar,” tegas Mirah melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (2/11).
Mirah menjelaskan, berdasarkan Data Dinas Kominfotik NTB mencatat bahwa wilayah dengan blank spot terbanyak berada di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, masing-masing 9 titik, disusul Sumbawa 5 titik, Lombok Utara 7 titik, dan Lombok Barat 3 titik. Sementara untuk kategori lemah sinyal, Lombok Utara menempati posisi tertinggi dengan 40 titik, disusul Kabupaten Bima sebanyak 20 titik.
Menurut Mirah, pemerintah daerah bersama Kementerian Komunikasi dan Digital harus segera mengambil langkah konkret.
“Program pembangunan infrastruktur digital di NTB jangan hanya berhenti pada tahap pemetaan. Harus ada aksi nyata mulai dari pembangunan Base Transceiver Station (BTS) baru, peningkatan kapasitas jaringan, hingga pemberian insentif bagi provider yang mau menjangkau daerah sulit,” tegasnya.
Ia juga menilai perlunya penerapan teknologi alternatif seperti hybrid satellite network atau community-based internet di wilayah dengan kondisi geografis ekstrem, seperti Tambora, Pulau Moyo, atau kawasan pesisir Bima–Dompu.
“Teknologi alternatif ini penting bagi daerah kepulauan dan pegunungan yang sulit dijangkau kabel fiber optik. Pendekatan ini bisa jadi solusi lebih cepat dan efisien,” tutupnya.