Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bireuen yang bersumber dari pajak sarang burung walet banyak yang bobol. “Sampai hari ini baru terkumpul 9 juta rupiah, kan aneh,” ucap Ketua Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) setempat, Askari, usai melakukan evaluasi realisasi PAD dengan Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan, baru-baru ini.

Padahal, lanjutnya, jumlah pengusaha sarang walet di wilayah Kabupaten Bireuen sudah relatif banyak dan tersebar di beberapa kecamatan. Karenanya, untuk memaksimalkan PAD, legislative dan eksekutif akan mencari cara lain untuk memungut hak daerah tersebut.

“Untuk ini kita perlu akan musyawarah dulu dengan pengusaha walet, tokoh masyarakat, termasuk unsur Muspida untuk mencari solusi yang terbaik serta tidak ada pihak yang dirugikan,” terang Askari.

Sebelumnya, terkendalanya realisasi PAD karena ada fasilitas yang disediakan oleh pemerintah juga belum maksimal. “Seperti di Pasar Hewan Geurugok, belum ada air bersih, sehingga pedagang malas membayar retribusi kendati petugas sudah memintanya,” ucap dia.

Begitupun kondisi di Pasar Daging di Bandar Bireuen, hingga kini pedagang masih mengeluh dengan penerangan. “Ini akan kita minta dinas terkait untuk menanyakan hal ini,” jelas Akari seraya menyebutkan, ketika pelayanan kepada pedagang tidak diberikan maksimal sehingga PAD juga tidak terealisasi dengan baik.

Begitupun, katanya, untuk evaluasi pada hari berikutnya Komisi C akan memanggil Dinas Perhubungan dalam rangka menertibkan parkir dan sekaligus diminta tentang jumlah PAD yang sudah terealisasi.

Ditempat terpisah, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Bireuen, Afriza, menyebutkan untuk memperoleh PAD melalui instansi itu telah diusahakan secara maksimal. “Namun karena ada fasilitas yang belum lengkap sehingga orang juga malas bayar PAD. Petugas di lapangan kadang sudah seperti pengemis dalam mengumpulkan retribusi,” ucapnya.