Paripurna DPR, Selasa 21 Juni 2011, berjalan penuh interupsi seperti biasanya. Namun, interupsi yang dilakukan politisi PDIP Hendrawan Supratikno membuat rapat paripurna DPR kali ini berbeda. Seketika, ruang rapat DPR pun hening.
Saat interupsi, Hendrawan mengingatkan, pada 1 Juni lalu di Gedung MPR diselenggarakan pidato Presiden Ketiga RI B.J. Habibie, Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden RI saat ini Soesilo Bambang Yudhoyono untuk mengenang Pidato Bung Karno 1 Juni 1945. Pidato tiga presiden itu sangat menggugah dan inspiratif. Dia menyebut momen itu merupakan tradisi yang sangat patut dihargai.
Pimpinan sidang Priyo Budisantoso saat membuka sidang menyebut rapat itu dihadiri 328 anggota dari 560 anggota DPR-RI. Setelah penyampaian daftar hadir itulah, Hendrawan mengusulkan sudah sepantasnya DPR menyempatkan waktu sejenak untuk hening cipta mengenang jasa Sang Proklamator.
“Hari ini tanggal 21 Juni merupakan hari wafatnya Bung Karno. Sang Proklamator dan tokoh besar yang di masa muda masuk-keluar penjara. Mari membangun tradisi menghargai tokoh bangsa. Akan sangat berbahagia bila kita bangkit sejenak mengenang jasa pendiri yang telah mencurahkan hidupnya untuk negara,” ucap Hendrawan.
“Kita semua setuju Bung Karno putra sang fajar merupakan tokoh hebat dimiliki negeri ini seperti presiden lainnya Pak Harto, Ibu Megawati, dan presiden lainnya,” kata Priyo.
Namun, Priyo tidak langsung menyetujui usul anggota DPR Komisi VI tersebut. Malah mempersilakan interupsi berikutnya. “Apa pimpinan keberatan untuk mengenang jasa para pendiri,” tanya Hendrawan.
“Oke kita doakan seluruh pendiri dan semua tokoh bangsa dengan hening cipta. Mari berdiri untuk mengheningkan cipta. Termasuk untuk Ruyati yang meninggal di Arab Saudi,” kata Priyo.
Lalu, Priyo pun memimpin hening cipta itu sejenak bersama seluruh menteri yang hadir saat itu untuk memperingati 41 tahun meninggalnya Bung Karno. (mon/mut)
