Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerah disinyalir bukan karena kurangnya pasokan. Namun, lebih diindikasikan adanya kenakalan dari manajemen SPBU itu sendiri. Atas hal itu, Komisi VII mendesak agar Pertamina tidak segan-segan untuk menutupnya.
“Berdasarkan laporan terbaru dari Pertamina di DPR minggu ini yang menyatakan ada 61 SPBU yang melanggar ketentuan operasional, maka kami mendesak agar Pertamina tegas untuk melakukan penutupan sementara operasional mereka. Hal itu sebagai warning agar tidak lagi terjadi kelangkaan BBM,” kata anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Syafrudin, kepada INDOPOS (JPNN Group), Minggu(24/7).
Menurut Syafrudin, kenakalan yang dilakukan oleh SPBU sebagaimana info dari Pertamina disebabkan para manajemen SPBU itu melakukan penimbunan dan penjualan berupa dirigen. “Penjualan berupa dirigen itu juga fatal. Ada yang memang sengaja dilakukan oleh para karyawannya, ada pula yang sengaja dijual untuk industri rumah tangga,” ucapnya.
Sayangnya, Syafrudin tidak mendapatkan 61 daftar SPBU yang dinilai menyalahi operasional itu. “Selain diberi sanksi, seharusnya daftar nama SPBU itu juga diumumkan ke publik,” ucapnya.
Syafrudin pun meminta agar pengawasan ketat juga tidak dilakukan kepada 61 SPBU yang berada di wilayah pertambangan dan perkebunan. Kata dia, pengawasan intensif juga perlu dilakukan di kota-kota besar di seluruh Indonesia. “Agar lebih efisien, Pertaminan sebaiknya bekerjasama dengan Pemda, aparat keamanan dan BP Migas untuk memantau distribusi BBM di daerah. Saya yakin saat ini masih banyak SPBU nakal yang luput dari pengawasan,” tukasnya.
Selain adanya pelanggaran operasional yang dilakukan oleh karyawan SPBU, Syafrudin mendesak adanya pengawasan ketat petugas SPBU agar memantau kendaraan yang sering hilir mudik membeli BBM. Pasalnya, banyak praktik yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera melakukan modus kendaraan langsiran.
“Contohnya, ada mobil yang membeli BBM subsidi di SPBU hingga tankinya penuh. Setelah itu, mobil keluar beberapa meter dari SPBU, kemudian BBM nya disedot dengan dirigen atau drum. Setelah itu mobilnya kembali lagi ke SPBU, beli BBM lagi, disedot lagi, itu dilakukan berulang-ulang. Nah, gimana gak habis BBM di SPBU,” tandas politisi PAN ini.