Belasan sapi ternak di beberapa wilayah Kabupaten Gunungkidul dalam sepekan terakhir mati mendadak.
Diduga, kematian hewan pemamah biak itu karena pakan ternak, yang biasa disebut hijauan makanan ternak (HMT) ini, mengandung racun. Ketua gabungan kelompok tani (gapoktan) Desa Sidorejo, Ponjong, Seto, mengatakan, sebanyak 11 ekor sapi mati mendadak dalam sepekan terakhir.
”Kebanyakan sapi yang sehat dan gemuk. Namun kemudian tiba-tiba mati,” katanya kepada wartawan kemarin. Dari beberapa kasus yang terjadi, kata dia, kebanyakan sapi-sapi tersebut mati setelah makan daun jagung atau tebon yang masih muda. ”Jadi kemungkinan keracunan tebon,” kata dia. Tidak hanya di Ponjong, kematian sapi mendadak ini juga membuat resah petani di Dusun Semuluh, Ngeposari, Semanu. Sebanyak dua ekor sapi dilaporkan mati medadak setelah makan HMT tersebut.
Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Gunungkidul Khrisna Berlian menyatakan, kasus kematian belasan sapi di Kecamatan Semanu dan Ponjong sudah menjadi perhatian dinasnya. Dari analisa awal, penyebab kematian sapisapi tersebut bukan berasal dari penyakit menular atau sejenis bakteri antraks. Berdasarkan observasi lapangan dalam dua hari terakhir, kematian sapi ternak disebabkan HMT yang terkontaminasi pupuk kimia.
”Berdasarkan penggalian sejarah HMT yang dimakan, penyebab kematian sapi bukan karena penyakit menular,melainkan karena makanan, seperti hijauan yang terkontaminasi pupuk kimia,” terangnya. Dia berharap, pemilik ternak lebih berhati-hati saat memberikan makan kepada sapi-sapi mereka. Paling tidak, kata dia, tidak memberi makan ternak dengan HMT yang memiliki rentang waktu terlalu dekat dengan proses pemupukan tanaman. ”Rentang waktu dalam hitungan hari atau minggu bisa memicu masih terkontaminasinya pupuk kimia dengan tanaman sehingga berbahaya untuk HMT,” ungkapnya.
Anggota Fraksi PDIP DPRD Gunungkidul Suharjo berharap, pemkab memberikan ganti rugi bagi petani yang hewannya mati mendadak. Langkah ini,menurutnya,sebagai upaya stimulan bagi petani sehingga tetap mau beternak sapi. ”Saya kira pola ini harus mulai sering dilakukan pemkab. Jangan hanya meminta hati-hati, apalagi ini karena pupuk kimia,” sindirnya. Menurutnya, Gunungkidul masih sangat potensial dengan peternakan sapi. ”Apalagi saat ini harga sapi cenderung stabil sehingga petani mulai bergairah untuk memelihara,” pungkasnya.