Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Ecky Awal Mucharam mengatakan bahwa asumsi harga minyak dalam APBN 2012 tidak sesuai dengan perkembangan harga minyak mentah Indonesia (ICP). Asumsi harga minyak di APBN sebesar 90 dolar AS per barel, sementara harga minyak sekarang sudah mencapai 110 dolar AS per barel.
"Jadi dari awal tahun sudah tidak sesuai. Apalagi nilai tukar rupiah juga diperkirakan akan lebih lemah dibanding asumsi APBN 2012, ini semakin menambah tekanan. Walaupun demikian harga minyak tahun depan ada kemungkinan turun karena perlambatan ekonomi dunia akibat krisis Eropa," ujar Ecky dalam rilisnya, Jumat (30/12).
Politisi PKS tersebut juga mengingatkan, bahwa ancaman kenaikan harga minyak akibat ketegangan politik dunia barat dengan Iran perlu diantisipasi pemerintah pada tahun depan. Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz yang merupakan satu-satunya jalur minyak Timur Tengah ke pasar internasional.
"Ini merupakan pengulangan peristiwa perang Iran-Irak dulu pada tahun 1980-an. Saat itu kekhawatiran ditutupnya Selat Hormuz oleh Iran menyebabkan harga minyak melonjak 100 persen. Ini harus kita antisipasi," kata Ecky.
Ecky mengingatkan, jika harga minyak tetap tinggi maka beban subsidi BBM dan listrik juga akan melonjak. Untuk itu Ecky meminta pemerintah agar betul-betul menjaga kinerja lifting minyak dan pembatasan BBM bersubsidi.
"Ketidakpastian harga minyak saja sudah cukup memberatkan APBN, jangan lagi ditambah dengan kembali tidak tercapainya lifting minyak dan kembali jebolnya subsidi BBM," pungkas anggota DPR Dapil Jawa Barat III ini.