Cuaca Buruk, Nelayan Terancam Mengalami Pemiskinan Permanen

sumber berita , 10-01-2012

Cuaca buruk dan gelombang tinggi akibat perubahan musim membuat banyak nelayan di seluruh Indonesia tidak melaut. Kebijakan optimalisasi perikanan budidaya dan insentif keuangan yang ringan perlu dilakukan mengantisipasi nelayan agar tidak terjebak kepada lingkaran kemiskinan dalam menghadapi fenomena alam ini.

Anggota Komisi IV DPR RI Rofi' Munawar mengatakan, beberapa tahun terakhir cuaca buruk hampir terjadi setiap awal tahun yang membuat para nelayan enggan melaut. Selama tidak melaut biasanya mereka beralih profesi ke sektor-sektor informal lain atau memperbaiki peralatan tangkap sambil menunggu musim barat reda.

"Cuaca buruk memang mengancam kehidupan nelayan, namun yang lebih mengancam adalah kehidupan nelayan yang semakin memburuk akibat beban hutang yang berlebih selama tidak melaut," kata Rofi' dalam rilisnya, Senin (9/1).

Untuk itu, lanjut dia, pemerintah perlu melakukan terobosan kreatif dalam menangani situasi ini, diantaranya dengan menyerap para nelayan dalam proyek-proyek padat karya dan mengembangkan potensi perikanan budidaya lebih maksimal. Selain itu pemerintah juga dapat mendorong adanya asuransi nelayan yang mudah dan terjangkau. "Melalui asuransi diharapkan dapat membantu keberlangsungan hidup nelayan meskipun kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk melaut dan menangkap ikan, di sisi lain dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap rentenir."

Legislator dari Jawa Timur ini menambahkan, akibat cuaca buruk, tidak jarang para nelayan harus berutang kepada rentenir untuk memenuhi kebutuhan ekonomi harian. "Situasi ini yang membuat nelayan tidak pernah bisa mendapatkan hasil yang maksimal saat musim tangkap tiba, karena harus menutup utang-utang," ujarnya.

Rofi menambahkan perlu ada perhatian serius dari Pemerintah mengenai kondisi ini. Cuaca buruk di prediksi masih akan berlangsung selama bulan januari 2012. Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2011 jumlah nelayan miskin tercatat 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari jumlah penduduk miskin nasional. Ketergantungan nelayan tradisional atau miskin selama ini kepada rentenir masih tinggi. Salah satu contoh di tahun 2011 hutang nelayan di pesisir kota Cirebon diperkirakan kepada bakul (pengijon) dapat mencapai Rp 300 juta.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat di Perairan Kalimantan Utara, Laut Natuna, Perairan Bangka, Perairan Jambi, Perairan Riau dan Batam, Laut Jawa bagian Tengah hingga bagian Timur, gelombang laut dapat mencapai 3 sampai 5 meter. Bahkan BMKG menambahkan bahwa gelombang di delapan kawasan perairan Kalimantan Barat (Kalbar) pada Minggu (8/1) berpotensi mencapai dua hingga tujuh meter atau sangat berbahaya bagi nelayan.

Tercatat sekitar 20 ribu nelayan Sukabumi, sekitar 60 persen di antaranya sudah tidak melaut. Nelayan tersebut tersebar di sejumlah titik pendaratan ikan yaitu Palabuhanratu, Cisolok, Cibangban, Ujunggenteng, Ciwaru, dan Minajaya. Begitu pula dengan nelayan yang tinggal di pesisir pantai Sukaresmi, Pandeglang, Banten, sejak sepekan terakhir tidak melaut.

Di pulau Bali, khususnya di pesisir Pantai Kedonganan dan Kuta nelayan takut melaut. Sedangkan di kawasan Sumatera, para nelayan yang ada di Pantai Labu Deliserdang sudah hampir tiga minggu tidak melaut, hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang masih buruk. Angin yang kencang membuat ketinggian ombak bisa mencapai 3 sampai 4 meter. Mereka memilih menyandarkan kapalnya akibat tingginya gelombang air yang disertai angin kencang.

Diposting 10-01-2012.

Dia dalam berita ini...

Rofi' Munawar

Anggota DPR-RI 2009-2014 Jawa Timur VII
Partai: PKS