Hasil survei terbaru yang digelar lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) tetap menempatkan Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu kendati partai tersebut sedang dilanda persoalan soliditas internal.
Peneliti Departemen Politik dan Hubungan Internasional lembaga CSIS Sunny Tanuwidjaja mengatakan, Partai Demokrat memperoleh dukungan 12,6 %, disusul Partai Golkar 10,5% dan PDIP 7,8%. Secara variatif, penurunan dukungan dialami semua partai peserta Pemilu 2009 yang lolos ambang batas parlemen. Penurunan yang variatif menandakan suara yang hilang dari partai tertentu tidak pindah ke partai lain, tapi menjadi suara mengambang.
“Gambaran ini secara keseluruhan merupakan konfirmasi maupun implikasi dari rendahnya kepercayaan publik terhadap parpol secara umum,” katanya saat memaparkan hasil surveinya di Kantor CSIS, Jakarta, kemarin. Lebih jauh Sunny menjelaskan, survei nasional yang digelar CSIS pada 16-24 Januari 2012 itu dilakukan kepada 2.170 responden dari 23 provinsi di seluruh Indonesia.
Meski Partai Demokrat didera masalah, dukungan terhadap partai pimpinan Anas Urbaningrum tetap tinggi. Fenomena ini menunjukkan bahwa partai-partai oposisi maupun partai koalisi yang berperilaku seperti oposisi dengan terus-menerus mengkritisi pemerintah tidak membawa keuntungan. Begitu juga dengan sikap partai lain yang menyerang masalah korupsi yang dilakukan kader partai pendukung pemerintah ini tak bisa mendapat limpahan dukungan pemilih Demokrat yang lari.
Karena itu, dia menyarankan kepada partai lain untuk tidak bergantung pada satu strategi misalnya mengkritisi kebijakan pemerintah, tapi juga harus dibarengi dengan kerja dan karya nyata yang bisa menarik dukungan. Pada kesempatan itu dia menegaskan, penurunan dukungan tidak saja kepada partai politik, tapi juga kepada anggota DPR. Sebagian besar para wakil rakyat tidak dikenal rakyat yang diwakilinya.
“Kurang dari 10% masyarakat yang kenal dengan wakilnya di DPR, bahkan sebagian justru salah menyebut nama wakilnya di DPR,” ujarnya. Akibat penurunan kepercayaan publik itu, lanjut dia, saat ini orang masih bingung memilih parpol pilihannya. Jumlahnya bahkan cukup besar yakni 48,4%.
Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional Lembaga Kajian CSIS Philips Vermonte menambahkan, penurunan kepercayaan publik terhadap parpol merupakan sebuah tamparan bagi parpol sehingga partisipasi publik dalam Pemilu 2014 akan menurun. Dengan fakta itu, partai baru menjadi berpeluang mendapatkan kepercayaan publik jika mampu memosisikan diri bukan sebagai bagian dari partai yang dianggap mendukung status quo saat ini.
Menanggapi hasil survei tersebut, Ketua DPP Partai Demokrat Herman Khaeron menyambut positif hasil tersebut. Menurut doa, bertahannya posisi Partai Demokrat salah satu upaya kepercayaan publik terhadap partai pimpinan Anas Urbaningrum masih kuat. “Tentunya sebagai kader kita menyambut baik suara Partai Demokrat masih tetap bertahan.
Kepercayaan Partai Demokrat bertahan adalah salah satu upaya yang dilakukan kader dengan bekerja keras dan kepedulian terhadap masyarakat seperti menemui masyarakat ke daerah-daerah pemilihan,” ungkap Wakil Ketua Komisi IV DPR ini. Kendati Partai Demokrat masih bertahan di urutan nomor satu, Herman tetap meminta kader partai tidak lengah dan tetap konsisten bekerja sesuai instruksi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
“Sesuai instruksi Wanbin dan Ketum tahun 2012 adalah tahun kerja dan kerja sehingga kader Demokrat juga jangan lengah hasil survei yang ada, melainkan harus bekerja keras,” ucapnya. Wakil Ketua Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Michael Wattimena menambahkan, hasil survei CSIS mematahkan sejumlah survei yang diumumkan sebelumnya dan penggalangan opini bahwa Demokrat sedang terjun bebas.
“Kita apresiasi survei CSIS masih menempatkan PD di peringkat pertama. Ini menepis asumsi, opini yang beredar di masyarakat bahwa Partai Demokrat sedang terjun bebas,” kata Michael. Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menyatakan tidak kaget dengan hasil survei yang menempatkan posisi Demokrat di atas Partai Golkar. Fakta itu tetap dilihat sebagai hal yang bisa dijadikan masukan karena dalam survei sebelumnya Golkar ada di urutan teratas.
“Prinsipnya, di posisi berapa pun Golkar dalam survei tidak mengurangi semangat kami melakukan konsolidasi,” katanya. Golkar, kata dia, juga tidak dalam posisi mengambil manfaat dari apa yang terjadi di Demokrat saat ini. Naik-turun kepercayaan publik terhadap Golkar tidak boleh bergantung pada kondisi partai lain. “Jadi kerja kita yang menentukan. Bukan karena partai lain,” ucapnya.