Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Marwan Jafar mendesak pemerintah untuk menghentikan ekspor minyak, karena kebutuhan minyak untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri belum terpenuhi.
"Kebutuhan BBM dalam negeri belum tentu terpenuhi, tapi anehnya kenapa minyak kita selalu dieksport ? sedangkan kita malah mengimport minyak. Kan aneh ini," ujar Marwan di gedung DPR, Senayan, Senin (9/4/2012).
Menurutnya, langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah memaksimalkan kebutuhan minyak dalam negeri karena faktanya kebutuhan dalam BBM di dalam negeri cukup tinggi.
Tingginya kebutuhan BBM dalam negeri ditunjukan dari pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan kenyataan ini seharusnya pemerintah tak melakukan ekspor dan tak terpengaruh dengan mekanisme harga minyak pasar di dunia. "Ini yang membuat kita tidak bisa mandiri. Padahal Indonesia adalah penghasil minyak dengan kualitas bagus," jelasnya.
Lebih lanjut, Marwan mengatakan, sebenarnya Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, seperti gas, batubara dan minyak. Namun sumber daya alam itu belum bisa dimaksimalkan oleh pemerintah. "Buktinya, sumber daya yang ada masih banyak dimanfaatkan orang asing," imbuhnya.
Untuk itu, PKB lanjut Marwan akan terus mendorong pemerintah untuk mulai memaksimalkan upaya pemanfaatan energi yang ada dengan cara terus memonitor dan mengkritisi melalui parlemen dan sayap partai.
Senada dengan Marwan, Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo mengakui jika pemerintah harus memaksimalkan sumber daya energi yang ada. Pasalnya dari data yang dimiliki di Kemeneterian ESDM menunjukkan sepanjang 2011 Indonesia mampu memproduksi minyak sebanyak 902 ribu barel perhari, untuk gas sebesar 1,5 juta barel per hari, dan batubara 3,4 juta barel per hari.
"Indonesia mengekspor minyak 361 ribu barel per hari tapi juga mengimpor minyak 272 ribu barel per hari plus import BBM jadi 499 ribu barel per hari, eksport gas 797 ribu barel per hari dan eksport batubara 2,4 juta barel per hari," ungkap Widjajono.