Kinerja pengawasan manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang lemah menjadi pemicu anjloknya laba bersih perseroan selama 2011. Krisis kepemimpinan pun melanda yang mengakibatkan hilangnya sejumlah peluang bisnis.
"Performa laba perseroan yang turun perlu ditelisik lebih mendalam. Sistem pengawasan oleh manajemen patut dipertanyakan. Bukan hanya semata personal direksi, tapi juga aspek pengawasan dari sisi finansial dan operasional. Terlebih dalam menghadapi era persaingan di industri telekomunikasi yang semakin keras," kata anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Golkar, Lili Asjudiredja (Selasa, 25/4)
Menurut Lili, ada sejumlah persoalan yang menimpa BUMN telekomunikasi itu sehingga memicu penurunan realisasi laba bersih pada tahun buku 2011. Karena itu, mau tidak mau, pihak manajemen harus menempuh berbagai upaya demi meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih efisien serta mendorong kenaikan produktivitas.
Seperti diketahui, laba bersih PT Telkom sepanjang 2011 merosot hingga 4,96 persen seiring kenaikan sejumlah beban yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan angka pendapatan. Sesuai laporan keuangan 2011, laba bersih BUMN telekomunikasi itu tercatat sebesar Rp 10,97 triliun, turun dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yakni Rp 11,54 triliun.
Padahal, pendapatan perseroan hanya naik tipis yakni sebesar 3,82 persen dari Rp 68,63 triliun menjadi Rp 71,25 triliun. Beban total perseroan mengalami kenaikan sebesar 8,03 persen menjadi Rp 49,97 triliun dari Rp 46,25 triliun. Hal ini mengakibatkan laba sebelum pajak penghasilan perusahaan pelat merah itu melorot sebesar 2,61 persen menjadi Rp 20,86 triliun dari Rp 21,42 triliun.