Baru saja dilantik pekan lalu, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi langsung membuat gebrakan. Dia berkoar ingin meningkatkan kampanye penggunaan kondom sesuai poin MDGs tentang memerangi HIV/AIDS. Kampanye ini menyasar kelompok seks berisiko di kalangan remaja dan masyarakat umum. Tujuannya, menurunkan angka aborsi yang sekarang mencapai 2,3 juta remaja setiap tahun.

Rencana Menkes baru ini tak lantas direspons positif kalangan dewan. Anggota Komisi IX DPR Herlini Amran menyesalkan pernyataan Nafsiah Mboi. Menurut dia, kampanye itu sama artinya pemerintah melegalkan perilaku seks bebas atau zina dengan alasan sosialisasi penggunaan kondom.

Semestinya pemerintah lebih meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan reproduksi bagi remaja. Sebab, program kesehatan yang digagas Menkes sebelumnya ini masih jauh dari target. Baru tercapai 11 persen dari target angka 65 persen.

Kalaupun pemerintah ingin sosialisasi penggunaan kondom, sasarannya dapat lebih difokuskan. Misalnya, untuk komunitas yang rentan penyebaran HIV/AIDS. Sebab, berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan, 55 persen dari keseluruhan infeksi baru HIV dan kasus AIDS disebabkan oleh hubungan seks heteroseksual. Lokasi yang dapat dipilih untuk kampanye ini antara lain lokalisasi, lembaga pemasyarakatan, tempat kerja lepas pantai, pertambangan, dan kawasan hutan.

"Jika Kemenkes ingin konsen soal HIV/AIDS, maka langkah terpenting adalah mendorong penyusunan regulasi tentang pencegahan dan penanggulangannya di seluruh daerah," kata Herlini Amran di Jakarta, Selasa (19/6).

Menurut anggota Fraksi PKS ini, kunci untuk menurunkan angka aborsi di kalangan remaja adalah dengan mengkampanyekan larangan seks bebas. Pemerintah dapat mengkoordinir instansi terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).