Pertumbuhan investasi hortikultura lokal terhambat karena lemahnya infrastruktur penunjang dari hulu ke hilir. Pemerintah harus mendorong perbaikan infrastruktur yang terintegrasi agar dapat meningkatkan investasi hortikultura domestik maupun luar negeri.
"Usaha hortikultura di Indonesia umumnya adalah pertanian rakyat dengan skala usaha kecil, tersebar, pengelolaannya secara perorangan dan kurang didukung infrastruktur memadai," kata anggota Komisi IV DPR RI Ma'mur Hasanuddin, Jumat (29/6).
Kementerian Pertanian melaporkan, dalam tahun 2005 – 2009 defisit perdagangan hortikultura meningkat dari minus 143,71 juta dollar AS menjadi minus 703,91 juta dollar AS atau rata-rata berkurang 58 persen per tahun. Ini artinya, bisnis hortikultura Indonesia jeblok terus. Penyebabnya, kata Ma'mur, jumlah produksi melimpah tetapi yang diekspor hanya sedikit.
"Selama ini pelaku usaha hortikultura belum memperoleh akses yang memadai terhadap sarana, prasarana, teknologi, pembiayaan maupun informasi. Lemahnya aksestabilitas tersebut menyebabkan rendahnya produktifitas, mutu dan efisiensi yang berdampak pada rendahnya daya saing hortikulura Indonesia," kata anggota dewan asal Jawa Barat ini.
Selain masalah infrastruktur, kata dia, hortikultura Indonesia terkendala iklim investasi. Iklim investasi yang tak kondusif menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidaktenangan investor untuk menanam modal di bidang produksi berskala industri. Padahal sejumlah negara sedang melirik investasi di bidang ini. Sebut misal, Jepang, Iran, dan Korea Selatan.