Hampir tiga tahun proyek pembangunan selter Trans Metro Bandung koridor 1 yang melayani rute sepanjang jalur Soekarno-Hatta dari Cibiru hingga Cibeureum tidak kunjung rampung.
DPRD Kota Bandung pun sudah bosan mendesak Pemkot Bandung untuk menyelesaikan hal itu. Mereka pesimistis Dinas Perhubungan Kota Bandung yang berencana membuka koridor 2 dengan rute jalur tengah sepanjang Cicaheum hingga Cibeureum. Ketua Komisi C DPRD Kota Bandung Entang Suryaman menyesalkan sikap Pemkot Bandung yang membiarkan pemenang tender PT Horison yang hingga kini belum merampungkan pembangunan total selter sebanyak 32 unit.
“Sudah hampir tiga tahun tidak ada progres yang berarti, bahkan kini cenderung menjadi bangunan yang tidak terawat dan sering disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ucap Entang di ruang kerjanya, kemarin. Entang mengatakan, kondisi seperti itu sudah menjadi salah satu bentuk pelanggaran. “Ini sudah jelas pelanggaran, baik waktu maupun komitmen. Harus segera dilakukan pembangunan kembali. Tidak percaya dengan Horison, harus segera diputus kontraknya kemudian tender baru dengan yang lain,” ujarnya. Menurut Entang, dahulu sering diingatkan kepada pengembang dan mereka beralasan tanpa ada realisasi yang jelas.
“Apalagi Pemkot Bandung akan membuka koridor 2, koridor 1 pun tidak beres ini malah dibangun ulang,” ucapnya. Dia mengatakan, pembukaan TMB koridor 2 sulit direalisasikan. Saat ini parkir di badan jalan pun sudah penuh di jalur tengah. Jika dibebaskan masalah parkir di jalur ini, pasti berdampak kepada masyarakat. Dengan kondisi itu, Pemkot Bandung dinilai lamban dalam menyelesaikan masalah selter dan pengelolaan operasional bus TMB. “Ini menjadi catatan kami untuk pembangunan selter dan pengelolaannya. Hambatan koridor 2 sangat besar, harus bebas parkir. Penyelesaian angkutan pelat hitam jalur tengah pun sampai kini belum jelas,” ujarnya.
Pada prinsipnya, lanjut Entang, pihaknya mendukung setiap program yang dicetuskan oleh Pemkot Bandung, terutama dalam mengatasi masalah transportasi. “Tapi itu tadi, setiap program yang diluncurkan Pemkot Bandung selalu saja pelaksanaan di lapangannya tidak jelas dan cenderung semrawut,” tutur Entang. Sementara itu, pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ofyar Tamin, menilai keberadaan selter TMB saat ini sebagai benda yang teronggok begitu saja.
“Seharusnya dicarikan solusinya, jangan dibiarkan begitu saja. Rencana TMB itu tidak direncanakan dengan baik,” ujarnya. Menurut Ofyar, kelanjutan pembangunan selter tersebut belum ada lagi kemajuan. TMB yang tadinya dianggap dapat menyelesaikan masalah, tetapi berdiri sendiri dan sudah hampir satu tahun terakhir dibiarkan begitu saja.
Ofyar mengatakan, selter yang sudah dibuat itu sayang jika harus dibiarkan terus-menerus. Keberadaan selter sangat dibutuhkan masyarakat dan menunjang sekali untuk pelaksanaan sistem transportasi.