Media massa cetak maupun elektronik, seyogianya media tetap netral dan independen. Media jangan sampai hanya dijadikan alat kepentingan oleh pihak-pihak tertentu. Itu sangat berbahaya bagi kredibilitas media itu sendiri dan menyesatkan publik yang mendapatkan informasi.
Hal itu dikatakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Laode Ida, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Subur Budisantoso dan Komisaris Indonesian Press Online Servis (IPOS), Indy Siswanto Nugroho pada peluncuran www. iposnews.com di Jakarta, Senin (1/10). Laode mengharapkan media tak sekedar sebagai alat kepentingan oleh kelompok atau partai politik (parpol) tertentu. Model seperti itu akan membuat media tidak netral dan bias dalam pemberitaan.
Ia menegaskan fakta yang terjadi sekarang adalah hampir semua media dikuasi oleh pengusaha atau tokoh parpol. Bahaya dari kepemilikan seperti ini adalah media sebagai alat memperjuangkan kepentingan dari pemiliknya. Kendati demikian, Laode mengatakan, media boleh saja dimiliki oleh pengusaha atau tokoh parpol. Koridornya, kerja redaksi harus tetap independen dan netral. Hal itu agar masyarakat tidak mendapatkan informasi yang telah dimanipulasi.
"Yang celakanya adalah ketika ada kasus hukum yang melibatkan pemilik atau partai yang menjadi besutan pemilik tidak dipublikasikan secara seimbang. Malah cenderung ditutup-tutupi. Subur mengharapkan hal yang sama. Sekarang ini, menurut dia, banyak media tidak netral dan independen. Semua memberitakan sesuai selera kepentingan pemiliknya. "Cara-cara seperti itu tidak baik dalam pembangunan demokrasi yang substantif. Media harus netral dan berimbang," kata Subur, yang juga mantan Ketua Umum Partai Demokrat.
Ia berharap para pemilik media tidak menggunakan pengaruhnya lewat media untuk kepentingan bisnis atau kekuasaan. Para pemilik harus bisa menjaga jarak dengan media yang dimiliki sehingga masih tetap netral dan independen.
