Layanan PDAM Surya Sembada kembali dikeluhkan. Air yang harusnya lancar masuk di rumah-rumah pelanggan, kini mulai tersendat. Suparno, warga RW 4 Kelurahan Bendul Merisi menuturkan, aliran air PDAM di wilayahnya selalu mampet sejak lama.
Kalaupun hidup, alirannya kecil dan tak mampu naik ke bak mandi. Tetapi air PDAM lebih banyak matinya. “Pukul 06.00 WIB sampai 12.00 selalu mati. Setelah itu mengalir pukul 12.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, itupun kecil. Setelah itu mati lagi dan baru mengalir malam hari pukul 23.00 WIB,” ujar Suparno kemarin. Ia menjelaskan, macetnya air PDAM ini sudah dirasakan bertahun-tahun.
Menurut dia, warga tiap hari selalu melekan untuk mengisi bak. Air PDAM baru mengalir normal malam hari. “Padahal kawasan di sini dekat dengan IPAM (Instalasi Pengolahan Air Minum) Ngagel, ini kan aneh, kami juga termasuk pelanggan PDAM,” sambungnya. Sementara itu, Agus Sofyan, warga RT 4 mengeluhkan tentang ancaman banjir. Kawasan permukimannya menjadi langganan banjir.
Saluran air yang dibuat pemkot justru buntu alias tidak ada pembuangan larinya air. “Saluran airnya tidak ada jalurnya lagi, jadi di sini seperti genangan air,” jelas Agus. Warga RW 4 pun menginginkan pemkot membantu agar tanah eigendom yang sudah ditempati warga bisa disertifikatkan. Menurut dia, keluhan itu sudah disampaikan sejak beberapa tahun silam. Bahkan masalah itu pernah dibuat hearing di DPRD Surabaya sekitar tahun 2005.
Bahkan, katanya, ada informasi bahwa Badan Pertanahan Negara (BPN) sudah siap mengeluarkan sertifikat. “Tapi saat hearingdi DPRD itu dinyatakan bahwa tanah adalah milik negara,” jelasnya. Sementara itu, anggota Komisi A DPRD Surabaya Adies Kadir mengatakan siap membawa masalah tanah itu di DPRD Surabaya. Namun soal PDAM, dengan tegas ia kecewa. “Ini Kota Surabaya. Mestinya kota sekelas Surabaya tidak ada lagi keluhan soal air yang hanya mengalir malam hari atau kalau mengalir hanya netes,” katanya.
Ia lantas menceritakan pernah menangani keluhan soal air PDAM di kawasan Jagir. Menurutnya, di kawasan dekat rel Kereta Api (KA),dulunya tidak tersaluri air PDAM. Kata Adies, hal itu aneh karena jarak antara kawasan itu dengan IPAM Ngagel sangat dekat. “Ndak tahu sekarang, apakah sudah dipasangi PDAM atau belum karena warga belum memberikan laporan ke saya,” jelas Ketua DPD Partai Golkar Surabaya ini.