DPR: Mafia Narkoba Ada di Kepolisian dan TNI

sumber berita , 14-11-2012

Anggota Komisi III DPR Martin Hutabarat menyoroti peristiwa keji yang terjadi di Pekanbaru, Riau.

Peristiwa tersebut terjadi ketika Brigadir Satu (Briptu) Joko Bobianto, anggota polisi yang bertugas di Polresta Pekanbaru, dianiaya secara sadis oleh rekan- rekannya sesama polisi dan anggota TNI.

Dikira telah meninggal, tubuhnya dibuang ke kolam dan ditembaki. Briptu Joko ternyata lolos dari maut.

"Masa' seorang polisi ditembak oleh seorang polisi yang lain bersama oknum tentara yang lain gara-gara narkoba. Untung dia tidak terbunuh, padahal dia sudah ditembaki oleh delapan orang," kata Martin di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/10/2012).

Dengan adanya kejadian tersebut, Martin melihat di internal kepolisian terdapat jaringan narkoba yang sangat kuat.

"Itu ada. Itu kuat, kalau enggak kuat, masa' mereka berani seperti itu. Dan saya kira tidak boleh kita biarkan itu, kita harus dukung penuh agar oknum itu ditangkap dan harus diberantas," katanya.

Martin mengungkapkan dengan kejadian tersebut maka terlihat adanya mafia di setiap tempat, termasuk di kepolisian dan TNI.

"Ternyata di polisi pun begitu tega berusaha membunuh sesama polisi sendiri hanya untuk kepentingan mengamankan jaringan narkoba," imbuhnya.

Untuk itu, Martin meminta institusi kepolisian menindak tegas oknum polisi yang tega ingin membunuh rekannya. Selain itu ia juga meminta Panglima TNI untuk menindak oknum TNI yang berusaha membunuh polisi.

"TNI enggak usah harus menunggu. Jadi bukan hanya polisi saja yang kita kritisi, tapi TNI juga," tukasnya.

Diketahui, Brigadir Satu (Briptu) Joko Bobianto, anggota polisi yang bertugas di Polresta Pekanbaru, selamat dari maut setelah dianiaya secara sadis oleh rekan- rekannya sesama polisi dan anggota TNI.

Dikira telah meninggal, tubuhnya dibuang ke kolam dan ditembaki.

Ternyata Briptu Joko masih hidup. Ia ditemukan warga dalam kondisi pingsan dengan tubuh penuh tusukan dan sayatan senjata tajam di teras sebuah masjid di Kubang Raya, Siak Hulu, Selasa (13/11/2012) subuh.

Yang mengejutkan delapan pelaku yang terdiri dari tiga oknum polisi, empat oknum tentara, dan seorang warga sipil, diduga terkait dengan mafia narkoba.

Saat melakukan penganiayaan mereka diketahui mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu.

Kisah penganiayaan sadis dan brutal yang dialami Briptu Joko Bobianto dan bagaimana ia secara ajaib bisa menyelamatkan diri, mirip dengan cerita-cerita film mafia di televisi.

Kisah bermula Senin (12/11/2012) sore, sekitar pukul 17.30. Briptu Joko ditelepon seorang rekannya, yang juga polisi, untuk datang ke sebuah tempat di Jalan Kartama, Marpoyan Damai, Pekanbaru.

Rupanya, ini merupakan pancingan untuk polisi muda berusia 28 tahun tersebut. Pasalnya, di tempat tersebut telah menunggu si penelepon dan tujuh pria lainnya.

Mereka ramai-ramai menganiaya Briptu Joko, dengan dipukul benda tumpul serta ditusuk dan disayat senjata tajam. Luka paling parah ditemukan di dada sebelah kanan atas, yang diduga ditusuk dengan tombak.

Tengah malam, sekitar pukul 00:00, dalam kondisi tubuh babak belur dan penuh luka, korban diangkut para pelaku dengan mobil Mitsubishi Grandis hitam BM 423 IN untuk dibuang di kawasan rawa-rawa dan sepi di bilangan Kubang Raya, yang berada di perbatasan Pekanbaru dengan Kampar.

Selama di perjalanan, diduga Briptu Joko terus dianiaya. Tampak para pelaku telah merencanakan pembunuhan ini dengan rapi.

Itu terlihat dari setting bagian belakang mobil, di mana joknya sengaja dilepas, agar leluasa menganiaya korban.

Mengira korban telah meninggal dunia, para pelaku melemparkan tubuh Briptu Joko ke sebuah kolam di kawasan rawa-rawa bersemak pada malam yang sepi tersebut.

Untuk memastikan lagi bahwa korban benar-benar sudah tidak bernyawa, pelaku melepaskan sejumlah tembakan ke arah kolam. Sebelum pergi, mereka membakar seragam Briptu Joko untuk menghilangkan jejak.

Ajaib, Briptu Joko Bobianto ternyata masih hidup. Suami Fitriana dan ayah dari Zafran, yang masih berusia 1 tahun, itu rupanya dalam kondisi pingsan saat dilempar komplotan penganiaya ke kolam.

Setelah memastikan kondisi aman, yakin kawanan penganiaya telah pergi, Briptu Joko keluar dari kolam. Dengan sisa-sisa tenaganya, Joko merayap menembus kegelapan malam menuju Masjid Nurul Huda, Kubang, untuk meminta pertolongan.

Di sanalah, di teras masjid, ia ditemukan penjaga masjid pada Selasa subuh, dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia hanya bercelana pendek, dengan tubuh penuh luka.

Diposting 15-11-2012.

Dia dalam berita ini...

Martin Hamonangan Hutabarat

Anggota DPR-RI 2009-2014 Sumatera Utara III
Partai: Gerindra