Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Pemko Medan Emilia Lubis mengakui stok daging sapi langka akibat kebijakan pembatasan impor daging yang diterapkan Kementerian Pertanian.
"Ini kan karena impor daging dibatasi oleh pusat. Ada kuotanya," kata Emilia saat dihubungi, Selasa (4/12/2012) malam.
Dia mengatakan kondisi ini mengakibatkan satu pemasok daging sapi di Medan, yakni Rumah Potong Hewan (RPH) tidak beroperasi dan pedagang makin banyak tidak berjualan.
Namun, Emilia belum mau berkomentar banyak mengenai situasi kelangkaan daging sapi ini. "Besoklah saya kasih keterangan. Sekarang saya sedang kumpulkan datanya," katanya.
Pantauan Tribun, Selasa pukul 10.00 WIB, jumlah pedagang daging berjualan di Pasar Sentral Medan hanya empat kios dari 44 kios. Padahal Senin (3/12/2012) pedagang yang berjualan masih ada sekitar 50 persen.
Emilia mengakui sekitar 70 persen pasokan sapi yang akan dipotong di Medan berasal dari impor. Sehingga kebijakan pembatasan sapi impor sangat mempengaruhi pasokan daging. "Kami akan rembug dengan Disperindag untuk menyelesaikan masalah ini," katanya.
Beberapa waktu lalu Emilia menyebutkan, Kota Medan yang berpenduduk 2,17 juta jiwa membutuhkan sekitar 1.164 ton daging sapi per tahun atau 97 ton per bulan. Sedangkan pihak Rumah Potong Hewan (RPH) Mabar memperkirakan Kota Medan membutuhkan sekitar 150 ekor sapi setiap hari.
Selain dari RPH Mabar, daging sapi segar dipasok Prima Mandiri, Lembu Andalas, Eldira Langkat, dan peternak lain di Sumatera Utara. Sedangkan stok daging beku impor yang masuk dari Jakarta untuk dijual di super market dan toko swalayan.
Murniwati, pedagang daging di Pasar Sentral Medan, membanderol dagangannya Rp 85 ribu per kg. Dia mengaku membeli daging Rp 82 ribu per kg dari RPH di Deliserdang. Sebelumnya, Murniwati membeli daging dengan harga Rp 73 ribu sampai Rp 74 ribu per kg dari pemasok.
"Saat ini harga Rp 85 ribu per kg, itu pun kami hanya mengambil selisih Rp 3 ribu. Padahal sebelumnya kami bisa mengambil selisih untuk sampai Rp 6 ribu. Ini pun kami jual daging seperti ini tidak ada yang beli," katanya.
Ia mengakui kenaikan harga daging membuat konsumen berpikir ulang membeli. Sebelum kenaikan harga daging ini, dia bisa menjual 60 kg daging, kini menjual 10 kg pun sulit. Konsumennya pun kini kebanyakan dari restoran, rumah makan dan pembuat bakso.
Lonjakan harga daging sapi membuat daging ayam juga melonjak tajam di Pasar Sentral Medan. Jika sebelumnya, harga daging ayam berkisar Rp 18 ribu per kg, kini melonjak menjadi Rp 21 ribu per kg.
Namun Bakhtiar Effendi, pedagang daging ayam mengakui saat ini pasokan ayam potong sangat sedikit.
Sedangkan Putrama Alkhairi, Direktur Utama PD Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Medan, menuding kelangkaan daging sapi di Kota Medan akibat ulah spekulan yang ingin mencari keuntungan saat harga naik. Dalam dua hari terakhir saja, harga daging sapi di Medan naik menjadi Rp 85 ribu per kg.
"Sudah jelas lah situasi ini (kosongnya pasokan) karena ulah spekulan. Pemasok daging lebih tertarik untuk menyimpan sapi di kandang dibandingkan dijual ke pasaran,'' katanya.
Ulah spekulan itu, katanya dipicu kenaikan harga daging sapi di daerah lain. Untuk wilayah Aceh harga daging sudah mencapai Rp 100 ribu per kg, sedangkan di Jakarta Rp 85 ribu per kg. "Alasan mereka sapi yang mereka beli dengan yang dijual dagingnya di pasaran tidak ketemu angkanya," kata Putrama. Namun ia tidak merinci harga beli pengusaha pengusaha sapi itu.
Putrama mengatakan kalau sebelum kondisi ini pengusaha yang memotong sapinya di RPH tidak menentu, terkadang bisa mencapai 20 orang orang (pengusaha).
Untuk volume pemotongan RPH Mabar sendiri sebelumnya mencapai angka 20-30 ekor per hari. Sedangkan kebutuhan akan daging sapi di Kota Medan mencapai 150 ekor per hari. Sebagian besar sapi itu merupakan impor.
Selain menahan pasokan, Putrama menuding para pengusaha sapi telah melakukan pemotongan sendiri di RPH-nya masing-masing. Padahal selain menjamin keamanan dan kehalalan produk sapi yang dijual, retribusi untuk pemotongan tergolong kecil di RPH tersebut.
Masing-masing lembu lokal dibanderol Rp 48 ribu per ekor, sedangkan lembu Australia Rp 55 ribu per ekor untuk sekali pemotongan.
Jumadi, anggota Komisi C DPRD Medan yang membidangi perdagangan, mengatakan, pembatasan impor sapi seharusnya tidak serta merta membuat pasokan daging susut. "Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Pertanian dan Keluatan harus segera melakukan operasi pasar untuk mencari tahu apakah benar sapi langka atau spekulan sedang bermain," katanya.
Jumadi curiga ada pihak-pihak yang sengaja tidak memotong sapinya karena menunggu momen Hari Natal dan Tahun Baru.
Menurut Jumadi, bila memang pemilik sapi enggan memotong sapinya karena saat ini harga jual sapi jauh dengan harga beli sapi yang melonjak karena terbatasnya jumlah sapi akibat pembatasan impor, maka ia berharap pemerintah segera melakukan tindakan untuk membantu masyarakat.