Sejak awal, Komisi IV tidak bulat dalam menentukan negara Perancis dan China sebagai tujuan kunker untuk bahan revisi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Anggota Komisi IV Siswono Yudo Husodo (Fraksi Partai Golkar) dan M Prakosa (Fraksi PDIP) termasuk yang tidak setuju kunker ke Perancis dan China. Demikian dikemukakan Wakil Ketua Komisi IV Firman Soebagyo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (13/12).
"Saya juga sebagai Kapoksi Golkar di Komisi IV sudah melarang anggota saya. Tapi mereka berangkat juga. Itu hak mereka dan tanggung jawab mereka," tambah Firman.
Sejak awal, Firman lebih setuju kunker bila memang sangat perlu, lebih layak ke Australia dan Selandia Baru. Kedua negara itu produsen sapi terbesar. "Indonesia juga impor daging dari Australia dan Selandia Baru," kata politisi senior Golkar ini.
Kalaupun Perancis dan China menjadi pilihan, kata Firman, cukup hanya mengirim perwakilan atau tenaga ahli saja. "Apalagi di sana kan akan bertemu dua otoritas atau dua organisasi. Itu kan bersifat administratif. Cukup dua atau tiga orang saja yang dikirim," katanya.
"Ini agar efektif dan efisien. Daripada banyak tapi tak ada hasilnya. Mudah-mudahan yang kelihatan sapinya, bukan Menara Eiffel-nya," seloroh Firman.
Firman juga menyarankan, kunker di kedua negara itu melibatkan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) agar transparan dan publik dapat memantau. "Saya pikir tidak hanya melibatkan KBRI, tetapi PPI juga harus dilibatkan untuk memantau kegiatan anggota DPR," ujarnya.
Rombongan Komisi IV ke Perancis dipimpin Ketua Komisi IV DPR M Romahurmuziy (F-PPP). Mereka berangkat Selasa (11/12) dan akan berada di Perancis hingga Jumat (14/12). Romahurmuziy berjanji menyampaikan hasil kunker setelah kunjungan selesai.