Isu rekening gendut Badan Anggaran (Banggar) kembali mencuat pekan lalu. Menurut mantan anggota Banggar Taslim Chaniago, potensi permaninan saat pembahasan anggaran, sangat besar.
"Pengamatan saya memang rentan sekali, terutama pembahasan di akhir tahun, pembahasan di APBN dan pembahasan pada perubahan. Semuanya dilakukan akhir tahun," ujar Taslim dalam pesan singkatnya, Kamis (3/1).
Menurut Taslim, potensi anggota Banggar disuap oleh mitra kerjanya sangat besar saat pembahasan anggaran di Kementerian, utamanya di saat-saat akhir pembahasan anggaran, demi selesai dan disepakatinya alokasi anggaran di Kementerian tersebut.
"Dan saat itu ada dana optimalisasi yang dibahas. Dan saya kira di situ letak peluangnya memburu anggaran, dengan departemen masing-masing karena nilainya bisa Rp 20 triliun. Masing-masing departemen juga memburu supaya mendapat anggaran. Kemungkinan anggota DPR disuap bisa saja untuk mempercepat (program departemen)," ujar anggota Komisi III ini.
"Ada gula ada semut. Yang bagi gula itu kan DPR. Maka lembaga ini yang menyebar alokasinya. Peluang ini yang perlu dicermati KPK, PPATK, berasal dari sumber optimalisasi. Itu cenderung dimainkan," tambahnya.
Namun, Taslim kurang sepakat dengan tudingan banyak pihak bahwa DPR periode saat ini, banyak yang melakukan korupsi atau terima suap.
"Saya kira tidak demikian. Pertanyaannya juga kan dulu apakah PPATK sudah bekerja benar. Apakah KPK sudah bekerja benar. Bisa saja, cara dulu lebih soft, tapi yang sekarang lebih sembrono," ujarnya.
Korupsi yang yang sekarang terungkap, bisa saja karena kinerja PPATK dan KPK bagus. "Jadi, bisa dibaca. Jadi banyak penangkapan. Sekarang kan Komisi III juga kan menekan KPK untuk bekerja otimal, jadi KPK juga berusaha maksimal," katanya.
Guna menutup peluang agar anggota Banggar tidak 'bermain mata' dengan mitra kerjanya saat pembahasan anggaran, menurut Taslim, perlu kebijakan keras dari pimpinan parpol dan pemerintah.