Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mendukung kebijakan Pemerintah RI untuk mendesak mundur Presiden Suriah Bashar Al-Assad guna mengakhiri konflik berdarah yang berlangsung berbulan-bulan. Dukungan ini ia tegaskan setelah melihat makin banyaknya korban jiwa akibat konflik ini.
Mundurnya Assad adalah langkah terbaik ketimbang membuat pergolakan Suriah makin runyam. Selanjutnya, Suriah perlu melakukan rekonsiliasi menuju transisi kekuasaan secara damai. Berdasarkan pemikiran ini, Mahfudz mengatakan, penyataan Presiden SBY untuk meminta Assad mundur harus diapresiasi karena menunjukkan suara kemanusiaan dan bukan sekadar pesan politik. Indonesia harus punya sikap ini di depan komunitas dunia.
"Komisi I sejak awal menyatakan bahwa pergolakan di Suriah adalah fenomena perubahan di wilayah Arab. Suriah lebih baik memilih transisi secara damai ketimbang pertukaran rezim secara berdarah seperti di Libya. Jadi saya mendukung pernyataan Presiden SBY mewakili bangsa Indonesia demi mengakhiri jatuhnya korban sipil," kata Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (7/1).
Komisi I DPR berharap Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa segera menindaklanjuti sikap Presiden SBY dengan langkah dan informasi yang tepat. "Paling tidak dua pekan ini Menlu bisa menindaklanjutinya," kata Mahfudz.
Juru Bicara Istana Presiden Julian Aldrin Pasha di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (1/7) mengatakan, langkah Presiden SBY meminta mundur Bashar Al-Assar adalah agar ada proses transisi politik untuk lahirnya pemimpin baru yang bisa diterima rakyat Suriah. Presiden SBY mengkhawatirkan konflik tidak hanya memakan korban jiwa tapi juga menghancurkan Suriah sebagai salah satu pusat peradaban Islam di dunia.
Berdasarkan data Persatuan Bangsa-bangsa, konflik Suriah telah menewaskan lebih dari 60 ribu orang. Harapan untuk menemukan solusi damai di negeri itu makin tipis setelah upaya dialog yang diprakarsai PBB belum menunjukkan hasil.