Setelah dicecar anggota Komisi I soal anggota TNI yang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan posisi duduk dan tepuk tangan dalam acara 'Bukan Empat Mata', Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono memberi jawaban. Namun, Komisi I tak puas dengan jawaban Panglima dan mewacanakan akan memanggil host 'Bukan Empat Mata' Tukul Arwana.
Menurut Panglima TNI, kemungkinan anggota terbawa suasana acara tersebut. "Kalau dalam acara resmi, pasti tidak mungkin anggota melakukannya dengan demikian (duduk dan tepuk tangan). Karena mereka tahu saat Indonesia Raya dinyanyikan dalam acara resmi, maka anggota akan melakukan sikap sempurna, dengan memberi hormat," kata Agus Suhartono dalam raker di Komisi I DPR RI, Selasa (5/2).
"Nah, kalau dalam acara seperti Tukul ini, kami juga bingung Pak. Pasti mereka akan terbawa suasana itu. Bagaimana acara seperti itu, mereka berdiri kemudian menghormat, ya mungkin tidak tepat," sambung Agus.
Menurut Panglima TNI,"Jadi yang salah sebenarnya Tukul-nya, Pak. Kenapa lagu itu tidak di-stop, sehingga cari lagu lain. Tapi saya yakin, anggota kami manakala dalam acara resmi, saat dinyanyikan lagu Indonesia Raya, tentu akan mengambil sikap sempurna dan hormat."
Panglima TNI pun menjelaskan, ketentuan sikap hormat saat menyanyikan lagu Indonesia Raya adalah dalam konteks upacara resmi. "Tapi mohon maaf, untuk yang hal ini kami belum bisa bersikap. Karena di dalam rujukannya adalah lagu kebangsaan pada acara resmi. Itu pasti."
Wakil Ketua Komisi I Ramadhan Pohan menegaskan tidak bisa menerima argumen yang disampaikan Panglima TNI tersebut. Sebab, lagu kebangsaan harus dinyanyikan dengan khidmat dalam kondisi apa pun.
"Nanti akan menjadi preseden buruk apabila kita terutama dari TNI akan membiarkan seperti itu. Kalau misalnya TNI sendiri yang menjadi sokoguru ataupun contoh kita untuk keteladanan dan contoh nasionalisme kebangsaan, tidak bisa melakukannya dengan baik, saya khawatir masyarakat awam mereka mengatakan, kalau TNI aja boleh, masak kita tidak boleh," kata Ramadhan.
Sehingga, tambah Ramadhan, anggota TNI yang bersikap tidak hormat saat Indonesia Raya dinyanyikan di acara 'Bukan Empat Mata' itu, tetap harus disanksi. "Jadi saya kira tetap harus ada langkah teguran bahwa hal itu tidak benar," ujarnya.
Sementara, anggota Komisi I dari Fraksi PKB Effendy Choirie mengusulkan agar host acara 'Bukan Empat Mata' Tukul Arwana dapat dihadirkan di Komisi I. "Tukul kita undang saja ke sini. Iya. Saya kira ini menarik. Karena Tukul ini fenomenal. Dia bisa zig-zag kiri-kanan, kadang nyerempet hal-hal yang bersifat formal, sehingga kemudian nantinya kita punya pandangan sama," ujar Gus Choi, sapaan akrab Effendy Choirie.
Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDIP Tubagus Hasanuddin pun menyatakan setuju atas usul Gus Choi ini. Berdasarkan masukan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), di acara itu juga hadir komandannya. "Komandan dan perwiranya termasuk bintaranya tidak boleh larut permainannya Tukul. Nah ini saya kira apalagi itu yang hadir di acara itu berasal dari pasukan khusus, Paskhas," tegasnya.
Senin (28/1), saat Rapat Komisi I dengan KPI pekan lalu, Tubagus Hasanuddin menegaskan
"Sikap prajurit militer yang menyanyikan lagu kebangsaan sambil duduk, bertepuk tangan, tertawa dan bersorak-sorai itu merupakan pelanggaran terhadap lambang negara dan menyalahi peraturan disiplin militer. Akan dikenakan sanksi, termasuk komandannya jika yang bersangkutan ada di antara para prajurit itu. Sanksi paling berat tentu dikenakan kepada komandannya."
KPI juga telah memberikan sanksi kepada acara 'Bukan Empat Mata' yang tayang di stasiun televisi swasta Trans7. Talkshow yang dibawakan oleh komedian Tukul Arwana itu terpaksa harus mengurangi durasi tayangnya menjadi satu jam atau dibatasi durasinya sebanyak 50%. Hal ini lantaran tayangan 'Bukan Empat Mata' dianggap melakukan pelanggaran pada episode 16 Mei 2012. Materi pelanggaran tersebut adalah soal tata cara dan penggunaan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang saat itu dibawakan personel Cherry Belle sebagai bintang tamu.