Ngeri, Importir Kuasai Penjualan Daging Sapi

sumber berita , 08-02-2013

Asosiasi Pedagang Daging Sapi Indonesia mensinyalir daging sapi langka dan mahal karena importir melakukan praktik monopoli. Mereka memborong produksi lokal.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Sapi Indonesia, Dadang Iskandar menegaskan, sesuai kebijakan Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian, importir hanya dibolehkan menyerap 10 persen produksi lokal. Tapi di la­pangan aturan tersebut tidak jalan.

“Di lapangan mereka banyak menyerap. Mereka yang menguasai sapi impor dan sapi lokal,” ungkap Dadang saat audiensi dengan Komisi IV DPR di Gedung DPR Senayan Jakarta, kemarin.

Untuk itu, dia minta, DPR mencabut re­­gulasi tersebut. Jika tidak, gejolak harga daging tidak akan bisa dikendalikan. Dia ingin importir dibatasi menangani daging impor saja. Sementara, pedagang mengurusi perdagangan produksi lokal.

Selain itu, usulannya tersebut perlu diberlakukan guna menjaga keseimbangan antara peda­gang lokal dan importir. Menurutnya, saat ini, pedagang lokal tak mampu bersaing dengan im­portir yang notabene pengusaha besar. Karena pedagang kecil tidak sanggup melawan para importir yang banyak uang dan infrastruktur yang lengkap.

Dadang mengungkapkan, gejolak harga daging sapi belakangan ini telah membuat 40 persen pedagang di Jawa Barat gulung tikar.

Selain pembenahan kebijakan, Dadang usul pemerintah impor sapi trading siap potong untuk menurunkan harga. Karena sapi jenis itu lebih murah dari daging beku dan bakalan. Mekanismenya, pemerintah bisa menyisihkan 10 persen dari 80 persen jatah kuota impor daging sapi tahun ini.

Sekadar informasi, sapi trading merupakan istilah untuk sapi siap potong. Sedangkan sapi bakalan itu sapi dapat dipotong, namun perlu proses pengemukan selama tiga bulan. “Sapi trading harganya lebih murah, rasa dan kualitas sama,” imbuhnya.

Anggota Komisi VI DPR Ferarri Romawi menuturkan, dugaan importir borong produksi daging lokal mengindikasikan pengawasan dilakukan pemerintah lemah. Dia menilai, aturan tersebut sebenarnya sudah bagus namun penerapannya kurang pas.

Namun demikian, untuk menciptakan sistem yang lebih baik menurutnya tidak ada salahnya aturan yang ada dikaji ulang dan diperkuat. “Kebijakan daging perlu ditata ulang untuk menga­tasi masalah daging saat ini. masa kondisi sekarang mau didiamkan saja,” kata politisi Demokrat ini.

Ferrari ingin aturan baru mengatur secara komperhensif kebijakan penjualan daging. Mulai dari kuota impor sampai pengendalian harga.

Saat ingin dikonfirmasi masalah ini, Dirjen Peternakan Kementan Syukur Iwantoro tidak bisa dihubungi. Telepon selularnya tidak aktif.

Sementara, pasokan daging di pasar sampai kemarin masih minim. Hal tersebut diungkapkan Sulastri, pedagang daging di pasar Jati Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Barat.

“Dulu sih bisa jual 25-30 kilo sehari, sekarang cuma 10 kilo. Lagi kacau sekarang, alasannya sapi kosong, permainan orang atas ini,” kata Sulastri seperti dikutip mediaonline, kemarin.

Sulastri mengatakan, harga daging saat ini Rp 90 ribu per kilogram. Harga ini masih jauh lebih rendah dari harga sebelumnya yang sempat menyentuh angka Rp 110 ribu per kilogram.

Diposting 08-02-2013.

Dia dalam berita ini...

Ferrari Romawi

Anggota DPR-RI 2009-2014 Banten III
Partai: Demokrat