Mayoritas kasus kebakaran di wilayah Kota Depok akibat korsleting listrik. Kepala Dinas Kebakaran Kota Depok Yayan Ariyanto mengatakan, sekitar 80% penyebab kebakaran di Kota Depok karena korsleting listrik.

Sisanya disebabkan karena lilin dan bocornya tabung gas. Sedangkan jumlah kejadian tertinggi terjadi di tahun 2012 yang mencapai 158 kasus. Jumlah ini meningkat dari tahun 2010 yang hanya 113 kasus dan tahun 2011 sebanyak 138 kasus. “Terjadinya kebakaran di Depok umumnya disebabkan hubungan arus pendek. Ini,harus menjadi perhatian masyarakat, ” kata Yayan kemarin.

Dia menambahkan, pada tahun 2012 kerugian materi cenderung menurun, yakni sekitar Rp6 miliar. Sedangkan, tahun 2011 kerugian mencapai Rp8 miliar. Menurut Yayan, turunnya angka kerugian karena kecepatan petugas menangani kebakaran. “Cepatnya penanganan membuat kerugian dapat diminimalisasi. Adanya satuan relawan kebakaran (satlakar) sangat membantu cepatnya pemadaman api,”ujarnya.

Yayan melanjutkan,saat ini di Kota Depok terdapat 47 Satlakar. Setiap satu Satlakar beranggotakan sebanyak 15 orang. Untuk mempercepat penanganan, pihaknya akan menambah jumlah Satlakar menjadi 63 buah.

“Standar waktu petugas sampai lokasi kebakaran itu 15 menit. Sedangkan petugas kami baru 17,5 menit. Kami akan terus tingkatkan kemampuan. Kami juga memohon agar warga tidak membangun gapura yang menyulitkan mobil damkar masuk,”tandasnya.

Selain itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat Depok memeriksa jaringan kabel di atap rumah setahun sekali.Hal itu diperlukan untuk mengetahui ada kabel yang terkelupas dan kabel yang tumpang tindih. Dampak lain selain kebakaran adalah besarnya tagihan listrik.

Anggota Komisi C DPRD Kota Depok, Abdul Ghofar meminta masyarakat Depok mematuhi Perda No 10 tahun 2010 tentang Perlindungan Kebakaran.Masyarakat diminta membentuk manajemen pencegahan kebakaran.“Kami meminta setiap gedung tinggi, pusat bisnis, perkantoran, dan sekolah memiliki manajemen pencegahan kebakaran,” ujarnya.