Sikap, keberanian, ketegasan, dan tanggung jawab Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopasssus), Mayjen Agus Sutomo, terus menuai simpati publik.
Di antara pihak yang mengapresiasi ketegasan dan tanggungjawab Agus Sutomo dalam kasus penyerangan LP Cebongan beberapa waktu lalu itu adalah anggota Komisi I dari Fraksi Hanura, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati. Menurut Susaningtyas, semangat korsa menjadi landasan sikap tanggung jawab Agus yang tulus.
"Saya hormat kepada pemimpin yang tidak senantiasa menyalahkan anak buahnya semata," kata Susaningtyas kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Senin, 8/4).
Pernyataan Susaningtyas ini terkait dengan pesan Agus Sutomo yang disampaikan dalam acara gerak jalan di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta, pada Minggu pagi kemarin (7/4). Dalam kesempatan itu Agus mengatakan bahwa bila saja setiap prajurit memiliki empat ciri maka negara ini akan disegani kawan dan ditakuti lawan. Keempat sikap itu adalah jujur, bertanggung Jawab atas sumpah dan janjinya, berani dan ksatria, dan memiliki jiwa korsa.
Dan keempat sikap itu, kata Agus, telah dimiliki oleh 11 anggota Kopassus yang menerapkan jiwa korsanya terhadap sesama, meski memang harus diakui penerapan korsa yang dilakukan itu adalah salah di mata hukum. Namun Agus tetap merasa hormat atas sikap kesatria anggota Kopassus itu karena berani mengakui kesalahannya dan siap bertanggungjawab untuk menerima sangsi apapun.
"Jika boleh ditukar kepala untuk menjalani hukuman 11 anggota saya, maka Mayor Jendral TNI Agus Sutomo yang lima tahun lagi akan pensiun, siap menggantikan hukuman mereka apapun itu. Sebagai bentuk pengayoman saya kepada anggota saya. Pernyataan ini bukanlah isapan jempol atau ingin menjadi pahlawan kesiangan, namun pernyataan ini adalah benar sehingga amanah kepemimpinan saya di hadapan Allah dapat saya pertanggung Jawabkan," kata Agus Minggu pagi kemarin itu.
Menurut Nuning, panggilan akrab Susaningtyas, apa yang disampaikan Danjen Kopassus ini setidaknya sebagai ketauladanan. Seorang pemimpin harus berani bertanggungjawab, dan tidak semata-mata menyalahkan anak buahnya.
"Ini keteladan hidup yang harus kita renungi," demikian Nuning.