Anggota Komisi III DPR RI Aboe Bakar Al Habsyi mengatakan, politik luar negeri Indonesia soal pengungsi harus diperjelas. Jika tidak, maka Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) di beberapa tempat akan dijejali imigran.
"Arus pengungsi ini terus mengalir menuju Indonesia. Kemarin saya dengar ada 81 orang dari Myanmar yang terdampar di Aceh, hari ini ada lagi 47 orang terdampar di Serang," ujar Aboe Bakar di Jakarta, Selasa (9/4).
Menurut Aboe, kejelasan sikap terhadap pengungsi dan pencari suaka akan mengurangi potensi masalah imigran. Ia berharap kasus kematian delapan pengungsi yang menghuni Rudenim Medan, Sumatera Utara, tidak terulang di daerah lain.
"Andaipun ada lembaga atau negara donor yang memberikan bantuan untuk mengelola mereka (imigran), jangan sampai kita terkesan didikte. Karena seringkali peran lembaga-lembaga non pemerintah ini lebih mendominasi, seolah Rudenim sudah jadi rumah mereka sendiri padahal itu adalah lembaga negara," ujarnya.
Penampungan para pencari suara dan pengungsi di Rudenim seperti sekarang tidak menyelesaikan persoalan. Bahkan, penampungan pendatang ilegal itu justru menyalahi fungsi Rudenim.
"Rumah Detensi pada hakikatnya diperuntukkan bagi para pelanggar imigrasi, bukan pengungsi. Jadi, kita harus segera merumuskan kebijakan luar negeri soal pengungsi dan pencari suaka," ujar politisi PKS.