Sejumlah anggota Komisi V DPR seperti Teguh Juwarno dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) dan Sadarestuwati (F-PDIP) mempertanyakan langkah PT Kereta Api Indonesia (KAI) menghapus kereta khusus wanita.
"Padahal, keberadaan kereta wanita itu awalnya ditujukan untuk memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi kaum wanita, untuk menghindari tindakan pelecehan saat naik kereta berdesakan dan bercampur dengan beda jenis kelamin," kata Teguh dalam rapat dengar Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan dan Dirut PT KAI Ignasius Jonan, Rabu (15/5).
Menjawab hal itu, Ignasius Jonan mengatakan,"Untuk kereta kekhususan bagi wanita dinormalkan menjadi reguler."
Kenapa ini dilakukan? Kata Ignasius Jonan, ada dua hal penting yang tidak bisa digantikan bagi setiap penumpang kereta api yaitu masalah keselamatan dan waktu. "Nah, masalah waktu ini tidak bisa dibeda-bedakan. Untuk mengoptimalkan jadwal perjalanan dan agar bisa mengangkut penumpang yang optimal, maka tidak boleh ada yang terabaikan pada jam keberangkatan kereta itu. Karena waktu bagi setiap orang itu sama," ujarnya.
Tetapi, Ignasius Jonan meyakinkan, dalam masalah ini wanita yang menumpang kereta tetap diberi ruang. Karena, dalam satu rangkaian perjalanan kereta yang terdiri dari delapan gerbong, dua di antaranya untuk penumpang wanita.
"Dan polanya akan seperti itu. Karena kalau pada jam itu hanya digunakan mengangkut wanita saja, berarti ada yang diabaikan penumpang kita. Ini yang (terjadi) sekarang ini," tegasnya.