Krisis gas di Sumatera Utara (Sumut) semakin tidak menentu. Pemerintah diminta segera mengantisipasi kelangkaan tersebut untuk meningkatkan daya saing industri.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman mendesak, Pemda dan Pemprov Sumut segera melakukan koordinasi terkait masalah kelangkaan gas industri tersebut. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik juga harus cepat merespons dan sensitif menjawab kebutuhan gas industri dan Sumut.
“Menjawab soal penangkapan Rudi Rubiandini (bekas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas/SKK Migas), saya kira itu tidak berpengaruh terhadap kebutuhan gas industri di Sumut. Stakeholder yang lain seperti PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) menjadi pemegang peran sentral untuk hal ini,” ujarnya.
Menurut Irman, salah satu solusi yang dalam waktu dekat bisa dilakukan, yaitu mempercepat pembangunan pipa (pipanisasi) dari kilang Liquefied Natural Gas (LNG) Arun Lhokseumawe ke Medan, Sumut.
Seperti diketahui, Pertamina Sumatra Bagian Utara (Sumbagut) masih menargetkan perampungan pipanisasi pada akhir 2013.
“Selain itu, saya juga bakal menginstruksikan Anggota DPD dari Sumut, yaitu Parlindungan Purba untuk melakukan pengecekan di lapangan,” katanya.
General Manager PT PGN SBU III Mugiono pernah mengatakan, PGN saat ini masih menunggu kesiapan pemasok. Selama ini gas dipasok oleh PT Pertiwi Nusantara Resources (PNR) yang merupakan pihak ketiga dalam kerja sama PT Pertamina.
Pejabat Sementara Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sumatra Utara Tohar Suhartono mengatakan, pengusaha dan pemangku kebijakan di Sumut pada bulan puasa lalu sempat melapor kepada Rudi Rubiandini terkait krisis gas.
”Kami lapor ke Rudi, meminta tolong agar gas di Benggala A Langkat diperuntukkan bagi industri di Sumut, tidak diberikan kepada PLN,” ujar Tohar.
Untuk itu, dia berharap setelah ditangkapnya Rudi, pemerintah akan tetap mengalokasikan gas Benggala A Langkat untuk industri. Hal itu dikarenakan krisis gas di Sumut sudah kian parah.
Untuk diketahui, selama ini pasokan dari PT Pertiwi Nusantara Resources (PNR) sebesar 10 million metric cubic feet per day (MMSCFD) terhenti pada awal Juli 2013. Kondisi ini memperparah krisis gas untuk industri di Sumut.
Parahnya, pasokan gas di Sumut hanya tersedia dari PT Pertamina EP sebesar 7 MMSCFD. Tekanan juga otomatis turun dari 17 BAR yang berdampak langsung pada perusahaan tertentu seperti industri sarung tangan dan keramik. Angka tertinggi kebutuhan gas industri di Sumut mencapai 22 MMSCFD. Sementara rata-rata kebutuhan gas industri di Sumut mencapai 18 MMSCFD.
Harapan satu-satunya untuk menambah pasokan gas di Sumut adalah dari sumur Benggala A, Langkat, yang diproduksi oleh PT Pertamina EP. Sumur Benggala diperkirakan memiliki cadangan sebesar 10 MMSCFD dan dapat digunakan sebesar 6 MMSCFD untuk lima tahun.