Infrastruktur gas hambat produksi

Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto menilai peningkatan produksi gas bumi terhambat akibat ketiadaan pipa transmisi maupun distribusi yang mengalirkannya ke konsumen.

Produksi gas di hulu akan dengan mudah disalurkan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) ke pemakai seperti industri, pabrik pupuk, dan pembangkit listrik, kalau pipa transmisi dan distribusinya sudah terbangun, kata Dito di Jakarta, hari ini.

Indonesia, lanjutnya, membutuhkan banyak jaringan pipa gas, namun, hingga kini tidak ada kemajuan berarti.

"Sejauh ini, panjang pipa itu-itu saja," kata anggota dewan dari Fraksi Partai Golkar itu.

Padahal, tambahnya, potensi peningkatan produksi gas bumi khususnya untuk memenuhi kebutuhan domestik baik pembangkit listrik, pupuk, maupun industri masih cukup besar.
Wakil Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro juga mengatakan, produksi gas menghadapi kendala keterbatasan pipa dan terminal penerima gas alam cair (LNG).

Ia menilai, pengembangan infrastruktur gas belum dilakukan dengan serius, sehingga produksi gas menjadi tidak maksimal.

"Permasalahan dan juga bagaimana solusi sebenarnya sudah diketahui. Hanya saja, pemerintah tidak punya niat untuk menyelesaikan masalah dengan sungguh-sungguh," ujarnya.
Kalau sudah ada niat dan kesungguhan pemerintah, lanjutnya, maka permasalahan teknis dan pembiayaan akan lebih mudah.

Dito juga menambahkan, infrastruktur gas diperlukan mengingat sumber gas yang melimpah, lokasinya berjauhan dengan pasar seperti industri, pupuk, dan pembangkit listrik.

Sumber gas sebagian besar berada di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua.

Diposting 25-10-2013.

Dia dalam berita ini...

Dito Ganinduto

Anggota DPR-RI 2009-2014 Jawa Tengah VIII
Partai: Golkar