Berbagai program ketahanan keluarga umumnya hanya ditujukan untuk menghasilkan keluarga berdaya secara ekonomi. Padahal, lebih dari itu, program ketahanan keluarga dapat dikombinasikan dengan program sosial, bahkan sosialisasi program HIV-AIDS.
"Angka anak dan ibu penderita HIV-AIDS makin tinggi. Makanya, program sosialisasi penanganan HIV-AIDS harus makin diperluas, terutama bagi keluarga," kata Wakil Ketua Komisi VIII Ledia Hanifa, Minggu (1/12).
Selama ini program ketahanan keluarga yang diusung berbagai kementerian masih bersifat umum. Belum secara khusus memasukkan sosialisasi bahaya narkoba dan HIVS-AIDS sebagai lini program. Sementara angka pengidap HIV-AIDS bertambah setiap tahun. Hingga Juni 2013 saja, pengidap baru telah bertambah 1996 orang.
Pemerintah bukannya tak diam saja. Program penyediaan obat bagi untuk mencegah penyakit itu sudah makin merata. "Namun, masih ada celah kosong program yang perlu dibereskan. Dan, ini perlu kerja keras seluruh komponen masyarakat," katanya sembari mengingatkan bahwa setiap 1 Desember adalah Hari AIDS Sedunia.
Salah satu persoalan yang harus dikikis adalah anggapan masyarakat bahwa penderita HIV-AIDS adalah "orang lain" sehingga tak perlu diurus. Bahkan, hanya sedikit lembaga atau yayasan sosial di bidang keluarga yang menyentuh program ini. Menurut Ledia, penyakit menular yang mematikan, apa pun bentuknya, mestinya jadi problem yang dipecahkan bersama.
"Program BKKB, PKK, Dharma Wanita, majelis taklim dan sebagainya mestinya membuat agenda khusus sosialiasi pencegahan HIV-AIDS. Pengetahuan yang memadai dan merata di tengah masyarakat akan mendorong pemahaman yang benar dalam menyikapi persoalan ini," katanya.