Cerita Kantin di Kompleks Parlemen

sumber berita , 19-01-2014

Kafe Bengawan Solo. Siapa pun yang masuk ke Kompleks Parlemen biasanya tahu kafe ini. Letaknya strategis, berada di antara gedung Nusantara I dan II Kompleks Parlemen Senayan, kafe ini relatif ramai.

Namun, setelah diberi peringatan oleh Badan Urusan Rumah Tangga (BURT), kafe itu sudah tutup. "Masa begitu turun dari mobil, yang pertama dilihat adalah kafe? Kompleks Parlemen seharusnya seperti gedung perkantoran pemerintah," kata Oelfah Harmanto, anggota BURT dari Fraksi Partai Gerindra, ihwal alasan penutupan itu.

Dulu, kafe itu jadi andalan orang kongko sekaligus ngelobi. Seorang pelanggannya bercerita, kalau ada pejabat seperti Kapolri atau Jaksa Agung, banyak orang yang langsung menghadang untuk bersalaman. Sambil bersalaman, tentu ada bisik-bisik ke kuping si pejabat.

Di Gedung Nusantara I, terdapat kantin yang juga kerap jadi tempat nongkrong. Kantin ini nampak tertutup dari luar tapi sesungguhnya ramai di dalam. Tersedia pula ruang yang bisa digunakan untuk menjamu tamu. Beberapa anggota DPR nampak rutin makan siang di situ, terkadang dengan tamunya.

Bergeser ke belakang gedung, ada kantin Pujasera. Kantin milik Koperasi Pegawai Setjen ini didirikan pada 2003. Terletak di dekat tempat parkir kendaraan Setjen, kantin ini menyediakan berbagai menu ala Nusantara. Harganya relatif terjangkau sehingga jadi favorit pegawai Setjen, tenaga ahli, aktivis, dan wartawan. Namun, ada juga anggota DPR yang tak sungkan makan sini. Sebut misal, Arif Budimanta (Fraksi PDIP), Hari Kartana (Fraksi Partai Golkar), Soenmanjaya (Fraksi PKS), dan Nudirman Munir (Fraksi PKS).

Uchok Sky Khadafi, aktivis Forum Indonesia untuk Transparansi Angggaran (FITRA), punya pengalaman di kantin ini. Biasa makan dan minum di situ, Uchok mengaku mampu mengenali para calo proyek DPR. Maklum, sebagian di antara mereka kadang mengganggu Uchok. Suatu kali saat sedang ngopi, misalnya, Uchok didatangi seorang calo proyek pengadaan barang dan jasa di Setjen DPR. Dengan muka masam, calo itu mengintimidasinya, "Kau jangan menutup rezekiku, Bung."

Di belakang Pujasera, terdapat beberapa kantin kecil. Misalnya, Kantin DPR untuk Umum. Ada pula kantin bernama Kedai Sederhana yang cuma menyediakan ketoprak dan gado-gado. Di sebelahnya, ada empat warung kecil yang menyediakan sop iga dan mie keriting.

Kalau mau mendapatkan sensasi makan sembari mendengar hiruk-pikuk lalu lintas, kantin yang terletak di dekat Masjid Baiturrahman bisa jadi pilihan. Berlokasi di seberang jalan raya depan Stasiun Palmerah, angin semilir di kantin ini bisa jadi sensasi tambahan. Menunya khas masakan rumahan seperti sayur lodeh, ikan asin, dan jengkol pedas. Harganya dijamin murah. Makan berlauk ikan asin, sayur kacang panjang plus sambal dan kerupuk, cukup keluar duit Rp 10 ribu. Mau tambah nasi, boleh saja.

Boleh jadi lantaran agak "terpencil", kantin ini kerap jadi tempat janjian. Orang-orang yang mengejar proyek-proyek kecil di Setjen MPR suka kongko di sini. Proyek itu misalnya, pengadaan kertas senilai Rp 10-15 juta. Orang berserah-terima amplop berwarna coklat adalah pemandangan biasa di sini. 

Bagi yang tak ingin beranjak jauh dari gedung DPR, di tiap gedung tersedia kantin. Di lantai bawah atau dekat tempat parkir, berderet-deret warung semi permanen. Mejanya sempit, tempat duduknya berdesakan, tampias pula bila hujan. Kendati begitu, ada anggota DPR yang menyukainya. Salah satunya, Nursuhud, anggota Komisi IX dari Fraksi PDIP.

Favoritnya para sopir adalah warung-warung kecil di sekitar basement. Mereka biasa menunggu bosnya dengan ngobrol, bermain catur, mengisi teka-teki silang, atau merokok sembari menyeruput kopi. Dialog yang terdengar di antara mereka seperti ini: "Belum pulang?" kata seorang sopir.

"Belum. Masih nunggu bos. Tadi bilangnya mau langsung pulang sehabis paripurna. Tapi ditunggu dari tadi belum turun juga," jawab sopir yang ditanya.

"Memang, biasa begitu. Susah dipegang kata-katanya," timpal yang lain. Sopir lain menyahut, "Halah! Kalau pulang juga mau ngapain?"

"Tergantung pulangnya, ke yang mana dulu," seloroh sopir lain lagi sambil tertawa.

Bagi personil TNI dan polisi yang bertugas di Kompleks Parlemen, kantin paling mantap adalah yang terletak berbatasan dengan lahan Kemenpora. Selain buka sampai malam dan menunya terbilang lengkap, kantin ini dekat dengan markas mereka. 

Mau makan di tempat yang nyaman dan tenang? Kantin Risanti di lantai 2 Gedung Nusantara III tempatnya. Dilihat dari menunya, kantin ini bersegmen menengah ke atas. Tak heran, para pelanggannya nampak berpakaian rapi.

Seorang pelanggan kantin ini adalah salah satu saksi kasus korupsi dengan tersangka politisi PAN Wa Ode Nurhayati. Sembari menyantap puding, ia mengungkapkan, Wa Ode semula biasa-biasa saja lalu punya uang berlimpah setelah jadi anggota DPR. Wa Ode, kata dia, suka makan di kantin ini. Dia juga mengaku kerap menemani para kepala daerah makan siang, tak terkecuali sejumlah bupati yang sudah dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Diposting 20-01-2014.

Mereka dalam berita ini...

Nursuhud

Anggota DPR-RI 2009-2014 Jawa Timur III
Partai: PDIP

Nudirman Munir

Anggota DPR-RI 2009-2014 Sumatera Barat II
Partai: Golkar

Tb. Soenmandjaja

Anggota DPR-RI 2009-2014 Jawa Barat V
Partai: PKS

Hari Kartana

Anggota DPR-RI 2009-2014 Jawa Barat VII
Partai: Demokrat

Arif Budimanta

Anggota DPR-RI 2009-2014 Jawa Barat III
Partai: PDIP